Rabu, 21 Agustus 2019

karya ilmiah Analisis Unsur Intrinsik Novel Bekisar Merah Karya Ilmiah


Analisis Unsur Intrinsik Novel Bekisar Merah
Karya Ilmiah
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata pelajaran Bahasa Indonesia
kelas XI semester genap Tahun Pelajaran 2017/2018
Kelompok I
1)     Adi Cahyo Nugroho                           (01)
2)     Agmal Fasichul Fillahiyan                  (02)
3)     Amanda Chindy Patrechia                  (03)
4)     Arif Firman Syah                                (04)
5)     Ayu Sri Lestari                                    (05)

XI MIPA 2



Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
SMA N 1 JUWANA
2018
Analisis Unsur Intrinsik Novel Bekisar Merah

Karya Ilmiah
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata pelajaran Bahasa Indonesia
kelas XI semester genap Tahun Pelajaran 2017/2018
Kelompok I
1)     Adi Cahyo Nugroho                           (01)
2)     Agmal Fasichul Fillahiyan                  (02)
3)     Amanda Chindy Patrechia                  (03)
4)     Arif Firman Syah                                (04)
5)     Ayu Sri Lestari                                    (05)

XI MIPA 2



Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
SMA N 1 JUWANA
2018

Halaman Persetujuan dan Pengesahan      
       Karya ilmiah berjudul Analisis Unsur Intrinsik Novel Bekisar Merah telah disetujui oleh pembimbing dan disahkan oleh pembimbing pada:
Hari          : ………………………………………….    
Tanggal    : ………………………………………….



                                                                                                            Pembimbing,


                                                                                                           Jumiati, S.Pd
                                                                                               NIP 19710326 2006042 004











Halaman Motto dan Persembahan
A.   Motto
1.      Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles).
2.      Sesuatu yang belum dikerjakan sering kali tampak mustahil,kita baru yakin kalau kita dapat berhasil melakukannya dengan baik (Evelyn Underhil).
3.      Hal yang kini kita rasa menyenangkan hanya bisa kita nikmati sepenuhnya saat ini.Karena itu hargailah setiap momen indah dan waktu saat ini (Athena Glory-Aria).
4.      Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki,tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai (Schopenhaver).
5.      Kita akan menyesal bila mimpi yang kita kejar akhirnya gagal, tetapi kita akan lebih menyesal bila kita tidak mencoba mengejarnya! (Takagi Akito-Bakuman).
6.      Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan (Herodotus)

B.   Persembahan
Karya tulis ini akan kami persembahkan kepada:
1.      Bapak Wiyarso, S.Pd.,M.M, selaku Kepala SMA Negeri 1  JUWANA.
2.      Ibu Jumiati,S.Pd., selaku Guru Pembimbing karya ilmah ini.
3.      Bapak Muh. Majduddin, S.Pd., selaku Wali Kelas XI MIPA 2.
4.      Bapak/Ibu Guru SMA Negeri 1 JUWANA.
5.      Orang tua kami tercinta.
6.      Dan teman-teman.







KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Karya ilmiah ini menganalis unsur intrinsik penokohan dan latar dalam Novel Berkisar Merah.
            Karya ilmiah ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia kelas XI semester genap tahun pelajaran 2017/2018 SMA N 1 Juwana. Suatu kebahagiaan tersendiri, jika karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Penulis mengetahui ada beberapa kesulitan dalam menyusun karya ilmiah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun pada akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
            Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, utamanya kepada yang terhormat:
  1. Ibu Jumiati, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI MIPA 2.
  2. Bapak Muh. Majduddin selaku wali kelas XI MIPA 2.
  3. Teman teman kelas XI MIPA 2
Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain iringan do’a yang tulus dan ikhlas semoga amal baik mereka diterima dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
            Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Tidak lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

                                                                                                Semarang, 06 September 2013
                                                                                                Penulis

ABSTRAKSI
Karya ilmiah yang berjudul Analisi Unsur Intrinsik Novel Bekisar Merah disusun oleh Adi Cahyo Nugroho; Agmal Fasichul Fillahiyan; Amanda Chindy Patrechia; Arif Firman Syah; dan Ayu Sri Lestari.
Kata kunci : Analisis, Unsur Intrinsik, Novel, Bekisar Merah.
Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui unsur intrinsik novel Bekisar Merah. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam atau menurut dirinya (karya sastra itu sendiri. Novel adalah karangan prosa yang penjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Unsure intrinsic yang akan dibahas yaitu dari segi penokohan dan setting (latar). Penokohan adalah proses, cara, perbuatan menokohkan; penciptaan citra tokoh dalam karya susasta. Latar (setting) adalah
Metode yang penulis gunakan yaitu teknik pengumpulan data. Berupa kajian literasi atau kajian pustaka.

















DAFTAR ISI
Halaman Judul  ..................................................................................................  i
Halaman Persetujuan Dan Pengesahan............................................................... ii
Halaman Motto Dan Persembahan..................................................................... iii
Kata Pengantar.................................................................................................... iv
Abstraksi............................................................................................................. ..v
Daftar Isi............................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang .......................................................................................  1
2.      Identifikasi Masalah................................................................................ .1
3.      Pembatasan Masalah............................................................................... .2
4.      Rumusan Masalah................................................................................... 2
5.      Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
6.      Manfaat................................................................................................... .2
7.      Ruang Lingkup Penulisan....................................................................... .2
8.      Definisi Operasioal.................................................................................. .2

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................3
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................4
BAB IV PEMBAHSAN
1.      Penggambaran Sinopsis.........................................................................5
2.      Tokoh dan Penokohan..................................................................6
3.      Latar.............................................................................................20

BAB V PENUTUP
1.      Kesimpulan................................................................................24
2.      Saran .........................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.            Latar Belakang
                    Karya sastra dibuat dengan tujuan untuk dinikmati pembaca dengan nilai estetiknya. Kajian dibuat untuk dapat memahami secara lebih dalam terhadap sebuah karya untuk memperoleh penikamatan dan penghayatan yang dalam pula kajian dimaksudkan untuk melatih daya pikir dan perasaan secara kritis, dan selanjutnya dapat diharapkan untuk meningkatkan kemampuan apresiasi sastra. Membaca merupakan melihat dan menghayati suatu tulisan (KBBI,2002:61). Agar dapat membaca, memahami, dan menikmati karya sastra diperlukan pengetahuan karya sastra. Ini dimaksudkan agar pemahaman terhadap karya sastra tidak bersifat dangkal saja.
Karya sastra merupakan cermin dari ide penulis dikehidupan sekitarnya dalam bentuk prosa. Adapun yang berpendapat bahwa karya sastra merupakan karangan yang berasal dari imajinasi sang penulis. Karya sastra memiliki sifat yaitu: bersifat kayal (fictionality); memiliki nilai nilai seni (aestic values) yang memiliki keunggulan (unity), kesatuan dan keragaman (unity invariety), keseimbangan (balance), keselarasan (harmony), tekanan atau fokus yang tepat (right emphasis); penggunaan bahasa yang khas sebagai media sastra (special us of language).
Pada zaman sekarang generasi muda lebih menyenangi karaya sastra berbentuk prosa khususnya novel. Karya sastra berbentuk prosa dibangun atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun cerita dari dalam cerita. Unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun cerita dari luar cerita. Agar pembaca memikirkan dan memahami isi dari jalan cerita novel diperlukan pengetahuan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui dengan mudah maksud pengarang. Untuk itu, penulis akan membahas unsur intrinsik Novel Bekisar Merah.

2.     Identifikasi Masalah
1.        Bagaimana analisis unsur penokohan dalam Novel Bekisar Merah?
2.        Bagaimana analisis unsur latar dalam Novel Bekisar Merah?
3.        Bagaimana analisis unsur tema dalam Novel Bekisar Merah?
4.        Bagaimana analisis unsur alur dalam Novel Bekisar Merah?
5.        Bagaimana analisis unsur sudut pandang dalam Novel Bekisar Merah?
6.        Bagaimana analisis unsur amanat dalam Novel Bekisar Merah?
7.        Bagaimana analisis unsur gaya bahasa dalam Novel Bekisar Merah?

3.     Pembatsan Masalah
                 Berdasarkan latar belakang diatas, penulis hanya akan membahas unsur intrinsik dari segi penokohan dan latar.

4.      Rumusan Masalah
1.         Bagaimana analisis unsur penokohan dalam Novel Bekisar Merah?
2.         Bagaimana analisis unsur latar dalam Novel Bekisar Merah?

5.     Tujuan
1.      Menjelaskan unsur penokohan dalam Novel Bekisar Merah.
2.      Mendeskripsikan unsur latar dalam Novel Bekisar Merah.

6.     Manfaat
                      Menambah wawasan tentang unsur intrinsik yang ada di dalam novel terutama unsur penokohan dan latar.

7.     Ruang lingkup Penulisan
                      Penulis membuat karya ilmiah ini berdasarkan kemampuan siswa untuk menentukan unsur intrinsik penokohan dan latar pada suatu cerita atau novel.

8.     Definisi Operasional
          Kajian merupakan penelaahan,  pengkajian, penyelidikian, penelitian (Nurgiantoro, 2012:30). Fiksi merupakan  “sebuah cerita, dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik” (Nurgiantoro, 2012:3).
BAB II
LANDASAN TEORI

Kajian Fiksi adalah penelaahan, pengkajian, penelitian, sebuah cerita yang memiliki tujuan menghibur pembaca. Unsur intrinsik adalah unsur yang terkandung di dalam suatu karya sastra yang terdiri dari tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang, amanat. Novel merupakan “tulisan berupa karangan prosa yang panjang dan menceritakan sebuah kisah” (KBBI, 2002 : 438). Menurut Santosa, dkk (2008:90) penokohan merupakan “ usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain. Penokohan terdiri dari watak dan peran.
Peran adalah “ sarana utama dalam sebuah lakon, sebab dengan adanya peran maka timbul konflik Peran terdiri dari protagonis, antagonis, dan tritagonis. Protagonis ialah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Antagonis adalah peran lawan, karena dia sering kali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi. Tritagonis peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonis dan antagonis.
Watak adalah “sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan perbuatan” (KBBI, 2002 : 626). Contoh watak : pemarah, penyabar, penyayang, ceria, pemaaf, bijaksana, tidak percaya diri, pendiam, pendendam, jujur, tamak, licik, penakut, pembenci, pemalas, rajin, sombong, pengkhianat, cuek, penghina, munafik, egois, iri, setia, buas, jinak, hemat, boros, boros, pelit, dll.
Latar merupakan keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa atau cerita. Latar waktu adalah keterangan penangkapan peristiwa dalam novel tersebut terjadi. Contoh : pagi hari, siang hari, malam hari, pukul 4 sore, dan lain – lain. Latar tempat menunjukkan keterangan tempat peristiwa dalam novel terjadi. Contoh: di dalam bus, di rumah, di kamar, dan lain  lain. Latar suasana menggambarkan suasana peristiwa dalam novel terjadi. Contoh : gembira, sedih, romantis, dan lain – lain.




BAB III
METODE PENELITIAN

          Dalam mengakaji Novel Bekisar Merah kita menggunakan kajian literasi /  kajian pustaka.  Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal paper, artikel, disertai tesis, skripsi, hand outs, laboratory,manuals, dan karya ilmiah lainya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Tujuan pengkajian pustaka yaitu menginformasikan kepada pembaca hasil hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah – celah dalam penelitian – penelitian sebelumnya.




















BAB IV
PEMBAHASAN
1.         Penggambaran Sinopsis
                 Lasi seorang wanita yang memiliki ayah bekas serdadu Jepang, kulitnya yang putih dan matanya yang khas membawa dirinya menjadi bekisar untuk menjadi hiasan sebuah gedung dan kehidupan megah seorang lelaki kaya di Jakarta. Ia lahir dalam keluarga petani gula kelapa sebuah desa di pedalaman, Lasi terbawa arus sejarah hidupnya sendiri dan berlabuh dalam kemewahan kota yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Lasi yang baru saja terpuruk karena bercerai dengan mantan suaminya Darsa seorang penyadap nira kelapa yang mengalami sebuah kecelakaan yaitu jatuh dari pohon kelapa dan menyebabkan dirinya menderita Impotensi. Namun, untuk menyembuhkan penyakitnya itu oleh Bunek seorang bidan desa. Darsa diharuskan untuk menyetubuhi putrinya Sipah yang lumpuh. Darsa bimbang namun akhrinya ia pun menyanggupinya. Tak disangka Sipah pun hamil dan Darsa diminta untuk menikahinya. Akhirnya Lasi pun menceraikan Darsa dan pergi meninggalkan desanya merantau ke Jakarta dan bertemu dengan Bu Lanting seorang germo. Lasi pun diangkat menjadi anaknya. Hingga suatu hari  ia dipertemukan dengan Handarbeni seorang kaya raya yang sudah tua dan akhirnya Lasi mau dinikahkan dengan Handarbeni untuk mencoba merubah nasibnya da membuktikan pada orang kampungnya bahwa ia bukan lagi Lasi yang selalu mereka gunjingkan sejak kecil.  
                 Setelah menikah Lasi mencoba menikmati kemewahan itu dan rela membayarnya dengan kesetiaan penuh pada Pak Han seorang suami tua yang sudah lemah. Namun, Lasi gagap ketika menemukan nilai perkawinannya dengan Pak Han hanya sebuah keisengan, main-main dan menurutnya sangat ganjil sebab Pak Han tidak mampu untuk menyentuh Lasi karena faktor usia yang menyebabkannya menderita impoten. Namun, untuk menjaga gengsinya Ia meminta Lasi untuk tidak memberitahu siapa pun dan tidak menceraikannya. Pak Han pun menuruti semua keinginan Lasi serta memberinya kebebasan untuk bersenang-senang dengan laki-laki lain.
                 Dalam kegelapan itu Lasi bertemu dengan Kanjat, teman sepermainan yang sudah mejadi lelaki matang. Lasi ingin Kanjat menolongnya seperti dulu ketika keduanya masih sama-sama bocah. Lasi ingin Kanjat membebaskan dirinya dari kurungan bekisar di rumah Pak Han. Tetapi Kanjat sibuk sendiri dengan kegiatan kemasyarakatan dalam upaya memperbaiki kehidupan para petani gula kelapa. Maka Lasi harus bisa memutuskan sendiri untuk tetap menjadi bekisar dalam kurungan kehidupan kota yang makmur tetapi ganjil atau terbang untuk membangun kembali dunianya sendiri yang sangat membingungkan.

a.       Tokoh dan Penokohan
1.      Lasiyah (Lasi)
Lasiyah adalah tokoh utama sekaligus tokoh protagonis dalam novel Bekisar Merah. Tokoh ini adalah tokoh yang sering kali muncul dan mendominasi cerita.  Pengarang menggunakan teknik dramatik dalam pelukisan tokoh.

a.       Lasi memiliki ciri-ciri fisik; memiliki bola mata hitam pekat, berkelopak tebal tanpa garis lipatan, kulitnya bersih, rambut hitam lurus lebat, dan memiliki badan yang indah. Kutipan yang menjelaskan ciri fisik Lasiyah, dilukiskan atau digambarkan oleh tokoh lain yaitu tokoh Darsa dan Mbok Wiryaji:
Darsa selalu berdebar bila menatap bola mata istrinya yang   hitam pekat. Seperti kulitnya, mata Lasi juga khas; berkelopak         tebal, tanpa garis lipatan. Orang kampung mengatakan mata Lasi kaput. Alisnya kuat dan agak naik pada kedua ujungnya. Seperti cina (Ahmad Tohari, 2005:11)

Dengan  mata yang sayu dipandanginya anaknya yang tetap membisu. Dalam hati mbok Wiryaji bangga akan anaknya; kulitnya bersih dengan rambut hitam lurus yang sangat lebat dan badannya lebih besar dari anak-anak sebayanya. Tungkainnya lurus dan berisi (Ahmad Tohari, 2005: 37)

b.      Tokoh Lasi dalam Bekisar Merah memiliki watak  baik hati, istri yang berbakti. Tetapi Lasi memiliki watak negatif, yaitu watak Lasi tidak mudah memaafkan dan melupakan sakit hati. Kutipan yang menunjukkan watak baik hati Lasi adalah ketika ia harus menerima lamaran Pak Han karena dia merasa harus membalas budi atas kebaikan Bu Lanting selama ini.Dua pilihan? Oh, tidak. Hanya satu pilihan! Tiba-tiba Lasi sadar dirinya bahwa dia berhadapan dengan hanya satu pilihan. Lasi hampir mustahil bilang “tidak”. Lasi merinding ketika menyadari dirinya telah termakan oleh sekian banyak pemberian; penampungan oleh Bu Lanting, segala pakaian, bahkan juga makan dan minum. Uang dan perhiasan. Belum lagi hadiah-haiah dari Pak Han. Lasi merasa terkepung dan terkurung oleh segala pemberian itu. Lasi terkejut dan merasa dikejar oleh aturan yang selama ini diyakini  kebenarannya. Bahwa tak ada pemberian tanpa menuntut imbalan. Dan siapa mau menerima harus mau pula memberi. “ ya ampun, ternyata diriku sudah tertimbun rapat oleh utang kabecikan, utang, utang budi, atau apalah namanya. Bila aku masih punya muka, aku harus menuruti kemauan Bu Lanting untuk  membayar lagi utang itu. Aku tak mungkin menampik Pak Han. Tak mungkin?” (Ahmad Tohari, 2005: 203).

c.       Watak negatif tokoh Lasi adalah tidak mudah memaafkan dan pendendam dilukiskan dengan cerita atau secara deskripsi narasi. Kutipan yang menjelaskan watak negatif tokoh Lasi sebagai berikut:
Dalam  kamarnya Lasi duduk dengan pandangan mata kosong. Lasi masih tercekam oleh pengalaman digoda anak-anak sebayanya. Meskipun godaan anak nakal hampir terjadi setiap hari, Lasi tak pernah mudah melupakannya. Bahkan ada pertanyaan yang mengembang dalam hati; mengapa anak-anak perempuan lain tidak mengalami hal sama? Mengapa namanya selalu dilencengkan menjadi Lasipang? Dan apa orang jepang? (Ahmad Tohari, 2005: 34). 

Selain itu  watak Lasi yang negatif adalah mudah mengeluh, kutipan yang menunjukkan watak Lasi sebagai berikut:
Di rumah, Lasi menyiapkan tungku dan kawah untuk mengolah nira yang sedang diambil suaminya. Senja mulai meremang. Setumpuk kayu bakar diambilnya dari tempat penyimpanan di belakang tungku. Sebuah ayakan bambu disiapkan untuk menyaring nira. Pada musim hujan Lasi sering mengeluh karena jarang tersedia kayu bakar yang benar-benar kering. Mengolah nira dengan kayu setengah basah sungguh menyiksa. Bahkan bila tak untung, gula tak bisa dicetak karena pengolahan yang tak sempurna (Ahmad Tohari, 2005: 16-17).
d.      Berusaha memuaskan suaminya, mempunyai pendirian, dan kurang setia
Bukti :
1)      Tetapi Lasi yang merasa dingin masuk ke bilik tidur hendak mengambil kebaya.   Dan   Darsa   mengikutinya,   lalu   mengunci   pintu   dari   dalam. Keduanya tak keluar lagi (Hal.11) Lasi mandi besar lagi meski erambutnya
belum sempat kering (Hal.12)
2)      “Bagaimana, ya? Aku tak bias menjelaskannya. Aku hanya merasa lebih baik beradadi sini daripada tinggal di rumah karena bagiku amatlah sulit dimaru bareng sabumi, dimadu dalam satu kampong. Tetapi, Jat, mengapa
kamu bertanya seperti itu?” (Hal. 175)

e.       Baik hati, menerima apa adanya, rendah hati
Bukti:
“Sebenarnya saya belum berpikir tentang segala macam itu. Saya malu. Saya masih punya suami. Dan hati saya belum tenang dari kesusahan yang saya bawa dari kampung. Lagi pula, apa betul Pak Han mengharapkan saya? Bu, saya Cuma perempuan dusun yang miskin dan hanya tamat sekolah desa jadi apa yang diharapkan Pak Han dari orang seperti saya?”. (Halaman 199 paragraf 6).

2.      Darsa
Tokoh Darsa adalah tokoh antagonis karena tokoh ini yang menyebabkan konflik dalam batin tokoh utama (Lasi). Tokoh ini yang pada mulanya memunculkan konflik dalam cerita.
a.       Sisi positif watak Tokoh Darsa memiliki semangat bekerja yang tinggi. Kutipan yang menunjukkan psikis dari Darsa yang memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja sebagai berikut. Meski punya pengalaman pahit terbanting dari ketinggian puncak kelapa, semangat Darsa tetap tinggi, tak terlihat kesan khawatir akan jatuh buat kali kedua. Di Karangsoga belum pernah terdengar cerita seorang penyadap jera karena jatuh…. (Ahmad Tohari, 2005: 68).

Dari kutipan di atas jelas bahwa Darsa tetap semangat dalam keadaan sakit. Bahkan pada akhir cerita dilukiskan kembali watak Darsa yang memliki jiwa semangat. Kemiskinan yang dilami, bahkan saat listrik-listrik masuk desa Karangsoga dan hampir seluruh pohon-pohon kelapa Darsa terkena aliran listrik dan harus ditebang. Dia tetap memperlihatkan semangatnya sebagai seorang penderas  kelapa, walaupun hanya tinggal tiga pohon saja.




b.      Tidak teguh pendirian
Bukti:
…Tiada lagi Darsa karena yang ada ketika itu adalah Darsa yang lain, Darsa yang lupa pada Lasi, Darsa sing ora eling, Darsa yang lupa akan Sang Kesadaran Tertinggi… (Halaman 108 alenia 2).

c.       Rajin bekerja , setia kepada istrinya namun lalai
Bukti :
1)      Darsa hampur terlelap di samping istrinya ketika suasana di luar tiba-tiba berubah. Hujan benar-benar  berhenti, bahkan  matahri  yang  kemerahan muncul dari balik awan hitam. Semangat penyadap sejati membangunkan Darsa. Ia segera bangkit dan keluar dari bilik tidur. Lasi pun mengerti, suaminya terpanggil oleh pekerjaannya, oleh semangat hidupnya. (Hal. 11)
2)      Pada detik genting yang tiba-tiba terasa menyergapnya iku Darsa hanyut, lebur dan mungkin sirna. Hilang. Tiada lagi Darsa karena yang ada ketika itu adalah Darsa yang lain, Darsa yang lupa pada Lasi,  Darsa sing ora eling, Darsa yang lupa akan Sang Kesadaran Tertinggi. (Hal. 107-108)

3.      Pak Handarbeni
Tokoh Pak Handarbeni atau sering disebut Pak Han ini merupakan tokoh antagonis juga, karena tokoh ini menyebabkan konflik batin pada diri tokoh utama (Lasi). Tokoh ini yang kemudian membuat tokoh utama mengalami konflik batin. Keegoisan sifat dari Pak Han ini yang mendominasi penyebab konflik batin antara Lasi dan Pak Handarbeni.
a)      Tokoh Pak Han dijelaskan dimensi fisik dan psikisnya. Ciri fisiknya adalah tubuhnya bundar, wajahnya gemuk, tengkuk, dagunya tebal, dan hidungnya gemuk. Kutipan yang menunjukkan ciri fisik Pak Han dilukiskan melalui deskripsi  sebagai berikut:
……Hal pertama yang tekesan oleh Lasi adalah cincin emas besar dengan batu yang berwarna biru melingkar dijarinya. Jam tangannya pun kuning emas. Lalu tubuhnya yang  bundar tampa pinggang dan perutnya yang menjorok ke depan. Wajahnya yang gemuk hampir membentuk bulatan. Tengkuk dan dagunya tebal. Hidungnya gemuk dan berminyak. Lasi juga mencium wewangian yang dikenakan tamu itu (Ahmad Tohari, 2005: 181).



b)      Baik hati, dermawan, gengsian
Bukti:
Las, aku memang sudah tua. Aku tak lagi bisa memberi dengan cukup. Maka, kamu kehendaki, kamu aku izinkan meminta pada lelaki lain. Dan syaratnya hanya satu: kamu jaga mulut dan tetap tinggal di sini menjadi istriku. Bila perlu, aku sendiri yang akan mencarikan lelaki itu untukmu”. (Halaman  267 paragraf akhir ).

c)      Seorang pengusaha kaya raya yang menikahi Lasi hanya untuk nafsu birahinya
Bukti   :
Tetapi   Lasi   menjadi   sangat   kecewa   ketika   menyadari   bahwa perkawinannya dengan Handarbeni memang benar main-main. Lasi merasa dirinya  hanya  dijadikan pelengkap untuk  sekadar  kesenangan  dan  gengsi. (Hal. 266)

4.      Kanjat
Tokoh Kanjat merupakan tokoh tritagonis, kedudukan tokoh Kanjat ini sebagai penengah konflik. Tokoh Kanjat sebagai pelerai konflik yang terjadi pada tokoh utama yaitu Lasi. Kanjat sejak kecil dilukiskan sebagai orang yang memiliki watak yang baik dan selalu membela Lasi, bahkan menjadi teman ketika Lasi diasingkan oleh anak-anak yang lain. 
a)      Tokoh Kanjat saat dewasa dilukiskan sebagai tokoh yang tetap mencintai Lasi walaupun dia seorang janda. Kehadiran tokoh Kanjat sanagat berperan penting ketika terjadi adanya konflik pada tokoh utama. Tokoh Kanjat dari kecil hingga dewasa dilukiskan memiliki watak yang baik, suka menolong, dan kepedulian tinggi kepada sesama. Kutipan yang menunujukkan watak tokoh Kanjat sebagai berikut:
“Las, aku tidak ikut nakal, “ujar Kanjat yang tubuhnya lebih kecil karena usianya dua tahun lebih muda. “Kamu tidak marah padaku, bukan?” (Ahmad Tohari, 2005: 33)

Semua kenyataan yang ditemukan Kanjat dalam penelitian mengangkat laten keprihatinan terhadap kehidupan para penyadap ke permukaan kesadarannya. Keprihatinan bahkan keterpihakan. Dengan demikian Kanjat sesungguhnya menyadari penyusunan skripsi yang dilakukannya mempunyai kesadaran subjektivitas, setidaknya pada tingkat motivasinya… (Ahmad Tohari, 2005: 125).

b)      Laki-laki cerdas , gagah yang mencintai Lasi
Bukti :
“Bahkan sesungguhnya aku merasa malu bila orang-orang Karangsoga tahu bahwa aku menyukai Lasi. Maka aku minta kamu jangan bocor mulut.Tahanlah lidahmu setidaknya selama Lasi belum bercerai dari suaminya.”(Hal. 193)

c)      Baik hati, peduli sesama, bijaksana
Bukti:
“Jadi Kanjat sungguh jujur pada dirinya sendiri ketika dia mengaku kenal, akrab, bahkan menghayati sepenuhnya kehidupan masyarakat penyadap, dari tangis sampai gelak tawa mereka” (Halaman 120 Paragraf 2 alenia 10).

5.      Mbok Wiryaji
Tokoh Mbok Wiryaji merupakan tokoh tambahan  yang fungsinya sebagai pendukung tokoh utama.
a)      Tokoh Mbok Wiryaji adalah ibu Lasiyah yang digambarkan sebagai sosok yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi kehidupan.  Kutipan yang menunjukkan watak sabar dari tokoh Mbok Wiryaji sebagai berikut:
Sesungguhnya Mbok Wiryaji sudah bertekad menanggung sendiri kesusahan itu. Tak perlu orang lain, apalagi Lasi, ikut menderita. Namun orang Karangsoga gemar bergunjing sehingga Lasi mendengar rahasia yang ingin disembunyikannya… (Ahmad Tohari, 2005: 36).

Kutipan di atas membuktikan bahwa tokoh Mbok Wiryaji ikhlas dan sabar mengahadapi hujatan orang desa yang memiliki pandangan bahwa perkawinan campuran menurut orang Jawa merupakan perbuatan yang tercela. Kesabaran semakin ditunjukkan tokoh Mbok Wiryaji ini yang selalu diam dan tidak banyak menceritakan masa lalunya kepada anaknya.

b)      Sedangkan watak tokoh yang menunjukkan watak ikhlas ditunjukkan dalam kutipan di bawah ini:
“as, mereka tahu apa dan siapa kamu sebenarnya. Tetapi aku tak tahu mengapa mereka lebih suka cerita palsu, barangkali untuk menyakiti aku dan kamu. Sudahlah, Las, biarkan mereka. Kita sebaiknya  nrima saja. Kata orang, nrima ngalah luhur wekasane, orang yang mengalah akan dihormati pada akhirnya” (Ahmad Tohari, 2005: 40).

c)      Baik hati, sabar
Bukti:
“Sudahlah, Las, biarkan mereka. Kita sebaiknya nerima saj. Kata orang, nerima ngalah luhur wekasane, orang yang mengalah akan dihormati pada akhirnya”. (Halaman 40 paragraf 11 alenia 4).

d)     Cerewet, tidak sabar dalam mengambil keputusan
Bukti :
“Saya tidak main-main, Eyang Mus. Sekarang Darsa memang hanya bisa ngompol, ditambah perangainya yang berubah  jadi  pemarah. Dengan keadaan seperti itu, sampai kapan Lasi bias bertahan, dan haruskah saya diam belaka?”  Pak Tir pun menangkap kata-kata Mbok Wiryaji dengan maksud tidak lagi menghendaki Darsa jadi menantunya (Hal. 59)

6.      Wiryaji
Tokoh Wiryaji merupakan tokoh tambahan yang fungsinya sebagai pendukung tokoh utama.
a)      Tokoh Wiryaji memiliki watak  sabar dan pasrah. Kutipan yang menunjukkan psikis Wiyaji sebagai berikut:
“Rasanya kami sudah berusaha semampu kami,” ujar Wiryaji mencairkan kebisuan. “utang sudah kami gali dan tentu tak akan mudah bagi kami mengembalikannya. Bila usaha kami ternyata tak cukup untuk menyembuhkan Darsa, kami sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kami tinggal pasrah” (Ahmad Tohari, 2005: 52).

b)      Peduli, baik hati
 Bukti:
“Sudah malam begini kamu mau meneruskan pekerjaanmu?”. (Halaman 22 paragraf 6 ).


7.      Eyang Mus
Tokoh Eyang Mus sebagai tokoh tritagonis sebagai pelerai dan peredam konflik yang terjadi dalam cerita  Bekisar Merah.
a)      Tokoh  Eyang Mus memiliki fungsi penengah konflik yang terjadi. Melalui tokoh Eyang Mus ini juga, pengarang berusaha menyampaikan nilai-nilai pendidikan kususnya nilai pendidikan agama dan budaya. Watak   yang  dimiliki oleh Eyang Mus antara lain; penyabar, bijaksana, berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan, serta percaya akan kuasa Tuhan dan takdir hidup. Kutipan yang menunjukkan watak dari tokoh Eyang Mus yang sabar dan berhati-hati dalam mengambil keputusan ditunjukkan melalui dialog tokohnya sebagai berikut:
“Sabar. Dari dulu aku selalu ikut menanggung kesulitan yang kalian hadapi. Sekarang aku juga ikut menyalahkan Darsa. Memang,  wong lanang  punya wenang. Tetapi sesekali tak boleh sewenang-wenang. Jelas Darsa salah. Namun aku minta jangan dulu bicara soal perceraian” (Ahmad Tohari, 2005: 76).

Kutipan di atas membuktikan watak Eyang Mus yang penyabar ternyata bermanfaat sebagai pelerai konflik yang terjadi. Kemunculan tokoh Eyang Mus sebagai penasehat ketika terjadi konflik di Karangsoga.  Kutipan di atas juga menjenegaskan bawa, tokoh tritagonis ini memiliki fungsi penting penyampaian amanat pengarang tentang nasihat kehidupan.

b)      Watak tokoh Eyang Mus yang percaya akan kuasa Tuhan dan  takdir hidup ada ditangan Tuhan. Kutipan yang menunjukkan watak tersebut sebagai berikut ini:
“Bila kamu percaya segala kebaikan datang dari Gusti dan yang sulit-sulit datang dari dirimu sendiri, hanya kepada Gusti pula kamu harus meminta  pertolongan untuk mendapat jalan keluar. Jadi, lakukan pertobatan lalu berdoa dan berdoa. Bila masih ada jodoh, takkan Lasi lepas dari tanganmu. Percayalah” (Ahmad Tohari, 2005: 118).

Kutipan di atas menunjukkan menunjukkan watak Eyang Mus sebagai tokoh tritagonis penengah konflik. Watak tersebut juga menguatkan bukti bahwa pengarang, melalui tokoh Eyang Mus ingin menyampaikan pesan tentang nilai-nilai pendidikan, kususnya nilai-nilai pendidikan agama. Watak itu juga menunjukkan fungsi tokoh tritagonis sebagai penengah konflik yang terjadi pada tokoh-tokoh yang lain, baik tokoh utama maupun tokoh tambahan.

c)      Baik hati, bijaksana, religius
Bukti:
“Keputusan berada di tanganmu. Namun, aku setuju Darsa dibawa ke rumah sakit. Betapa pun kita harus berikhtiyar sebisa-bisa kita”. (Halaman 23 paragraf 2).

d)     Pemberi nasihat pada setiap orang
Bukti :
“Tetapi jangan terlalu bersedih hati, karena kamu tidak sendiri. Lebih banyak orang yang seperti kamu, melakukan kesalahan yang sesungguhnya tak ingin dilakukan karena kebeningan hati sendiri melarangnya. Sebaliknya, hanya sedikit orang yang setia menuruti auara kesejatian dalam hatinya”. (Hal.116)

8.      Pak Tir
Tokoh Pak Tir merupakan tokoh tambahan. Tokoh Pak Tir memiliki ciri fisik; gemuk, kepala bulat.
a)      Pelukisan ciri fisik tokoh Pak Tir secara dramatik melalui pelukisan langsung. Sedangkan dimensi psikis tokoh Pak Tir adalah orang yang mudah tersinggung dan memiliki ambisi besar untuk meraih harta. Kutipan yang menunjukkan dimensi fisik dan psikis sebagai berikut:
Pak Tir sendiri sibuk dengan batang timbangan. Lelaki gemuk dengan kepala bulat yang mulai botak itu bekerja cepat dan mekanis. Tangannya selalu tangkas dalam  memainkan batang timbangan, menangkapnya pada saat yang tepat, yaitu ketika batang kuningan itu mulai bergerak naik. Keterampilan seperti itu akan memberikan keuntungan persekian ons gula sekali timbang. Maka Pak Tir kadang tersinggung apabila ada orang yang terlalu  saksama memperhatikan caranya menimbang gula. Pembayaran gula pun dilakukan Pak Tir dengan gampang dan dingin (Ahmad Tohari, 2005: 70).

b)      Seorang pedagang nira yang mengambil keuntungan dari kelemahan mitra niaga
Bukti :
Dengan demikian  sebagai tengkulak gula kelapa ayahnya tidak bias
dipersalahkan dan keuntungan yang di dapat adalah sah dan wajar. Pak Tir,
hanyalah ujung tangan sebuah jaringan yang bukan hanya perkasa, melainkan
juga mampu menciptakan ketergantungan yang sangat niscaya sehingga para
penyadap sendiri dipaksa membutuhkan mereka. (Hal. 131)

9.      Bunek
Tokoh Bunek merupakan tokoh tambahan yang mendukung tokoh utama. Tokoh ini mempengaruhi konflik yang muncul dalam cerita. 
a)      Tokoh Bunek dijelaskan ciri fisik dan psikisnya. Ciri fisiknya tinggi, wajah bulat panjang, kulitnya lembut, dan rambutnya lebat. Pelukisan ciri Bunek melalui pelukisan langsung. Kutipan yang menunjukkan fisik tokoh Bunek sebagai berikut:
Orang bilang ciri paling nyata pada diri Bunek adalah cara jalannya jalannya yang cepat. Cekat-ceket. Langkahnya panjang dan ayunan tangannya jauh, mungkin karena Bunek biasa tergesa bila berjalan memenuhi panggilan perempuan yang sedang menunggu detik kelahiran bayinnya... namun ciri yang lainnya pun tak kalah mencolok. Bunek selalu kelihatan paling tinggi bila berada di antara perempuan-perempuan lain. Tawanya mudah ruah, juga latahnya. Pada saat latah, ucapan yang paling cabul sekalipun dengan mudah meluncur dari mulutnya. Namun dalam keadaan biasa pun Bunek biasa berkata mesum seringan ia menyebut sirih yang selalu dikunyahnya.  Wajah Bunek bulat panjang dan semua orang percaya ia cantik ketika masih muda. Kulitnya malah masih lembut meskipun Bunek sudah punya beberapa cucu. Rambutnya yang paling lebat mulai beruban tetapi Bunek rajin menyisirnya sehingga menambah kesannya yang rapi dan singset. Ia selalu ingin bergerak cepat (Ahmad Tohari, 2005: 62).

b)      Sedangkan watak Bunek dijelaskan bahwa dia tokoh yang licik, menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan hidupnya. Watak yang demikina membuat munculnya konflik dalam cerita. Watak licik tokoh ini ditunjukkan melalui dialog tokoh. Kutipan yang menunjukkan watak Bunek sebagai berikut:
Darsa sesudah kutolong mengembalikan kelelakiannya. Sebagai imbalan aku balik minta tolong. Permintaanku sangat sederhana, enak pula melaksanakannya; kawini Sipah. Kalian tahu, menunggu sampai orang  melamarnya,  repot. Apa kalian mau mengawini anakku yang  pincang itu? He-he-he” (Ahmad Tohari, 2005: 79).

Kutipan di atas menjelaskan watak licik Bunek. Dia menghalalkan segala cara supaya Sipah mendapatkan jodoh. Bunek sadar bahwa anaknya yang cacat itu susah sekali mendapatkan suami. Maka, dengan cara licik ia memanfaatkan kelemahan Darsa. Kelicikan dan perbuatan Bunek inilah yang kemudian membuat konflik semakin ruwet.

10.  Mukri
Tokoh Mukri merupakan tokoh tambahan.
a)      Watak Mukri; penolong, pekerja keras. Kutipan yang menunjukkan psikis Mukri yang suka menolong dan pekerja keras sebagai berikut.
“Aku tidak lupa apa yang semestinya kulakukan. Melihat ada kodok lompat. Aku kemudian melepas celana yang kupakai sampai telanjang bulat. Aku menari menirukan monyet sambil mengelilingi kodok lompat itu” (Ahmad Tohari, 2005: 21-22).

b)      Selain itu, Mukri juga memiliki watak yang gigih bekerja. Sebagai seorang pemuda desa ia menunjukkan kegigihannya dalam bekerja.  Kutipan yang menunjukkan sebagai berikut.
“Ya. Tetapi aku harus pergi dulu. Pekerjaanku belum selesai.”  “Sudah malam begini kamu mau meneruskan pekerjaanmu?”  Pertanyaan itu berlalu berlalu tanpa jawab. Mukri lenyap dalam kegelapan meski langkahnya masih terdengar untuk beberapa saat. Kini perhatian semua orang sepenuhnya tertuju kepada Darsa (Ahmad Tohari, 2005:22).

c)      Mempunyai jiwa tolong menolong
Bukti :
Lelaki itu datang bukan beban di pundak melainkan di gendongannya. Beban   itu   bukan   sepingkul   pongkor   melainkan   sesosok   tubuh   yang   tak berdaya. Setelah mereka tertangkap cahaya lampu minyak jadi jelas, lelaki yang membawa beban itu bukan Darsa melainkan Mukri. Dan Darsa terulai dipunggung lelaki sesama penyadap itu (Hal. 19)

11.  Pardi
Tokoh Pardi merupakan tokoh tambahan. Tokoh yang berfungsi mendukung tokoh utama.
a)      Tokoh Pardi dalam novel ini digambarkan memiliki psikis yang suka menolong dan bertanggung jawab. Kutipan yang menunjukkan watak dari tokoh Pardi sebagai berikut:
…..Tetapi kesempatan itu digunakannya juga untuk titip pesan bagi orangtua Lasi kepada  pemilik warung. Bagaimana juga Pardi ingin membersihkan diri sebab  sebentar lagi pasti ada geger; Lasi raib dari Karangsoga (Ahmad Tohari, 2005: 82-83).

b)      Watak Pardi selain bertanggung jawab, dia juga suka menolong, sikap tersebut ditunjukkan ketika dia menolong Lasi.  Kebaikan yang ditunjukkan oleh Pardi benar-benar tulus untuk menolong Lasi yang sedang dalam kesusahan. Pardi tidak sama sekali meminta imbalan kepada Pardi. Kutipan yang menunjukkan sebagai berikut:
“Terima kasih, Mas Pardi, aku memang tidak memegang uang. Dan uang ini aku terima sebagai pinjaman. Kapan-kapan aku akan mengembalikannya padamu “. “Jangan begitu, Las. Kita sama-sama di rantau, jauh dari kampung. Kita harus saling tolong” (Ahmad Tohari, 2005: 93).

c)      Ingin menolong Lasi, namun di sisi lain tidak ingin menyakiti Darsa
Bukti :
“Baiklah, bils ksmu sudah bersaksi kepada langit, kepada bumi. Aku pun bersumpah bahwa aku tak punya urusan dengan pelarianmu ini” (Hal. 82)

12.  Bu Koneng
Tokoh Bu Koneng merupakan tokoh tambahan.
a)      Baik demi pamrih
Bukti:
“Nanti dulu, Kali ini ini aku tak perlu uang”
“Tak Perlu?”Bu Koneng tersenyum penuh percaya diri.
 “Coba lihat cincinmu. Nah, itu aku suka” (Halaman 141 paragraf 2-4).

b)      Tokoh Bu Koneng adalah tokoh yang memiliki watak licik dan mau melakukan segala hal untuk meraih kepentingannya. Tokoh Bu Koneng ini dituangkan secara baik. Cara yang digunakan Bu Koneng yaitu dengan memberikan tempat tinggal, pakaian, makanan, dan sikap keibuan. Namun, dibalik sikap itu sebenrnya terkandung niat yang ingin mendapatkan keuntungan demi dirinya sendiri. Kutipan yang menunjukkan watak dari tokoh Bu Koneng sebagai berikut:
Seorang teman yang mau mengerti dan bisa menjadi bejana tempat menuangkan perasaan telah ditemukan Lasi. Degan anggukan kepala dan senyum penuh  pengertian Bu Koneng, dengan cara yang sangat diperhitungkan, menjadikan dirinya sandaran bagi hati Lasi yang kena badai…. (Ahmad Tohari, 2005: 97).

c)      Seorang mucikari yang baik kepada Lasik arena mengetahui bahwa Lasi perempuan baik-baik
Bukti :
“Di warungku memang banyak perempuan. Yah, kamu mengerti apa yang kira-kira mereka lakukan. Dan kamu, Las, tak perlu ikut-ikut mereka. Aku tahu kamu bersih dan tidak seperti mereka. Kamu bias menjadi penjaga warung. Atau kalau mau, mengurus pekerjaan dapur” (Hal. 96)

13.  Bu Lanting
Tokoh Bu Lanting merupakan tokoh tambahan. 
a)      Tokoh Bu Lanting memiliki watak licik, kebaikan  yang dia berikan tidak tulus dan cenderung mementingkan keinginannya sendiri atau egois. Kutipan yang menunjukkan spikis Bu Lanting sebagai berikut:
Dua pilihan? Oh, tidak. Hanya satu pilihan! Tiba-tiba Lasi sadar dirinya bahwa dia berhadapan dengan hanya satu pilihan. Lasi hampir mustahil bilang “tidak”. Lasi merinding ketika menyadari dirinya telah termakan oleh sekian banyak pemberian; penampungan oleh Bu Lanting, segala pakaian, bahkan juga makan dan minum. Uang dan perhiasan. Belum lagi hadiah-haiah dari Pak Han. Lasi merasa terkepung dan terkurung oleh segala pemberian itu. Lasi terkejut dan merasa dikejar oleh aturan yang selama ini diyakini kebenarannya. Bahwa tak ada pemberian tanpa menuntut imbalan. Dan siapa mau menerima harus mau pula memberi. “  ya ampun, ternyata diriku sudah tertimbun rapat oleh utang kabecikan, utang, utang budi, atau apalah namanya. Bila aku masih punya muka, aku harus menuruti kemauan Bu Lanting untuk membayar lagi utang itu. Aku tak mungkin menampik Pak Han. Tak mungkin?” (Ahmad Tohari, 2005: 203).

b)      Seorang yang baik di mata Lasi, padahal ia berniat akan menjual Lasi kepada laki-laki lain
Bukti :
Dalam pengantarnya Bu Lanting menulis, apabila suka dengan calon
yang disodorkan, Pak Han harus lebih dulu menepati janji. Pak Han harus menyerahkan kepada Bu Lanting Mercedesnya yang baru. Plus biaya operasi pencarian sekian juta. Bila tak dipenuhi, calon akan diberikan kepada orang lain, salah seorang bos Permina, perusahaan minyak milik Negara.

c)      Baik demi pamrih
Bukti:
“Sudah ku bilang, yang penting kamu bersedia menerima Pak Han dan kamu akan beruntung. Lagi pula buat apa kamu mengingat-ingat suami prnghianat . masalah surat cerai dan lain-lain, mudah diatur.” (Halaman 201 paragraf 3).

14.  Si Anting Besar
Tokoh ini memiliki watak yang iri. Watak yang demikian ditunjukkannya ketika Lasi datang ke warung bu Koneng, dia merasa bahwa Lasi akan menjadi saingannya.  Kutipan yang menunjukkan watak tokoh Si Anting Besar sebagai berikut:
Selesai mandi Lasi keluar dengan kain sarung dan kebaya biru terang. Kesan lusuh berubah menjadi segar. Kulitnya menjadi lebih terang karena warna baju yang dipakainnya. Rambut disisir dan dikonde seadanya, asal rapi. Bu Koneng mengajaknya makan pagi, bukan diruang warung melainkan di ruang dalam. Lasi tak enak karena merasa terlalu diperhatikan, tetapi tak mampu menampik kebaikan Bu Koneng. Si Betis Kering dan Si Anting Besar selalu mencuri-curi pandang. Tiga perempuan muda yang tergolek berimpitan pun sudah lama terbangun. Mereka juga selalu mentap Lasi dengan pandangan mata seorang pesaing (Ahmad Tohari, 2005: 94). 

15.  Si Betis Kering
Tokoh ini  juga memiliki watak yang iri sama seperti tokoh  Si Anting Besar. Watak yang demikian ditunjukkan ketika Lasi datang ke warung bu Koneng, dia merasa bahwa Lasi akan menjadi saingannya.   Kutipan yang menunjukkan watak  tokoh sebagai berikut:
Selesai mandi Lasi keluar dengan kain sarung dan kebaya biru terang. Kesan lusuh berubah menjadi segar. Kulitnya menjadi lebih terang karena warna baju yang dipakainnya. Rambut disisir dan dikonde seadanya, asal rapi. Bu Koneng mengajaknya makan pagi, bukan diruang warung melainkan di ruang dalam. Lasi tak enak karena merasa terlalu diperhatikan, tetapi tak mampu menampik kebaikan Bu Koneng. Si Betis Kering dan Si Anting Besar selalu mencuri-curi pandang. Tiga perempuan muda yang tergolek berimpitan pun sudah lama terbangun. Mereka juga selalu mentap Lasi dengan pandangan mata seorang pesaing (Ahmad Tohari, 2005: 94).

16.  Sapon
Tokoh Sapon pada novel Bekisar merah adalah orang desa pengangkut gula ke kota. Tokoh ini merupakan tokoh tambahan.  Dia memiliki  watak tanggung jawab. Watak itu terlihat ketika Sapon membujuk Lasi untuk kembali ke Karangsoga bersamanya dan Pardi. Kutipan yang menunjukkan watak Sapon sebagai berikut:
“Jangan, Las. Kamu jangan merepotkan kami. Kamu harus pulang. Bila tidak, aku dan Mas Pardi bisa mendapat kesulitan. Kami bisa menjadi sasaran segala macam pertanyaan” (Ahmad Tohari 2005: 98).
Sapon merasa bertanggung jawab terhadap Lasi karena ia yang mengijinkan Lasi ikut bersamnya. Sapon juga bertanggug jawab kepada penduduk dan masih menjunjung tinggi adat sopan santun. 

b.      Latar
                        Setting berkaitan dengan  pengadegan, latar belakang, waktu cerita, dan waktu  penceritaan. Pengadeganan artinya penyusunan adegan-adegan di dalam cerita. Tidak semua kejadian dalam kehidupan sang tokoh dilukiskan di dalam adegan-adegan. Adegan dipilih yang benar-benar mewakili cerita.Adegan bisa di dalam rumah dan dapat juga di luar rumah.
1.      Latar Waktu
                    Novel Bekisar Merah telah banyak menampakkan  waktu yang jelas dan spesifik. Setting pedesaan yang digambarkan dalam  Bekisar Merah  adalah  setting  tahun  1970-an yang mulai sibuk dengan pembangunan. Novel  Bekisar Merah merupakan karya Ahmad Tohari yang dapat digolongkan sebagai novel berwarna korupsi. Sedangkan  setting  yang terkait dengan waktu terlihat pada kutipan berikut ini yaitu menyebutkan hitungan tahun. Kutipan yang menunjukkan sebagai berikut.
                    “Oalah, Las, Emak tidak bohong. Dengarlah. Kamu lahir  tiga tahun sesudah peristiwa cabul  yang amat kubenci itu. Entah bagaimana setelah  tiga tahun menghilang orang jepang itu muncul lagi di Karangsoga. Kedatangannya yang ke dua tidak lagi bersama bala tentara Jepang melainkan bersama para pemuda gerilya.Tampaknya ayahmu menjadi pelatih para pemuda.Dan mereka, para pemuda itu, juga Eyang Mus meminta aku memaafkan ayahmu, bahkan aku diminta juga menerima lamarannya” (Ahmad Tohari, 2005: 39).
                    Dalam novel Bekisar Merah selain menunjukkan hitungan tahun, juga menunjukkan setting waktu berupa hari.Situasi pagi, siang, sore, dan malam.Kutipan yang menunjukkan sebagai berikut.
                    Pagi ini lasi berangkat hendak menjenguk Darsa di rumah sakit kecil di kota kewedahan itu…. (Ahmad Tohari, 2005:45).
                    Selain itu, setting waktu ditunjukkan dengan angka jam. Kutipan yang menunjukkan sebagai berikut
                    Jam tujuh malam Handarbeni muncul di rumah Bu Lanting. Necis dengan baju kaus kuning muda dan celana hijau tua.Wajahnya cerah dengan senyum renyah dan sorot mata penuh kegembiraan.Rambutnya, meskipun sudah menipis, tersisir rapi dan hitam oleh semir baru. Handarbeni sudah  tahu bekisar itu mau, atau setidaknya tidak menolak menjadi miliknya dari pembicaraan telepon dengan Bu Lanting tadi siang. Kini Handarbeni datangkarena ingin berbicara sendiri dengan bekisarnya (Ahmad Tohari, 2005: 212).
2.      Latar Tempat
                    Setting tempat adalah tempat cerita. Setting cerita dalam novel Bekisar Merah ini lebih banyak di  daerah pedesaan, warung, pasar, dan kota. Ahmad  Tohari dalam Novel Bekisar Merah ini  lebih banyak atau dominan melukiskan latar tempat yang dilukiskan secara indah. Hal itu terlihat pada kutipan berikut:
                    Karangsoga adalah sebuah desa di kaki pegunungan vulkanik. Sisa-sisa kegiatan gunung api masih tampak pada ciri desa itu berupa bukit-bukit berlereng curam, lembah-lembah atau jurang-jurang dalam yang tertutup berbagai jenis pakis dan paku-pakuan. Tanahnya yang hitam dan berhumus tebal mampu menyimpan air sehinggasungai-sungai kecil berbatu-batuan dan parit-parit alam gemercik sepanjang tahun…. (Ahmad Tohari, 2005: 25).
                    Tidak hanya tempat berupa desa, namun novel ini juga menjelaskan secara jelas kehidupan kota, cerita ketika Lasi pergi dari Karangsoga menuju kota Jakarta. Kutipan yang menunjukkan setting tempat sebagai berikut.
                    Sapon membawa Lasi masuk warung makan yang cukup besar itu dan langsung ke bagian belakang. Lampu pompa belum dipadamkan, padahal hari sudah terang benderang…. (Ahmad Tohari, 2005: 90).
                    Setting  tempat sebuah kota juga ditunjukkan oleh novel ini. Tempat-tempat ini menunjukkan kehidupan kota dan aktivitas orang-orangnya. Kutipan yang menunjukkan sebagai berikut.
                    Bu Lanting makin sering mengajak Lasi keluar makan-makan di lestoran, belanja dipasarnya, atau berajangsana ke rumah teman.Atau menghadiri resepsi perkawinan di gedung pertemuan yang megah (Ahmad Tohari, 2005: 166). 
Setting  tempat berupa sebuah kota Jakarta dijelaskan di sini, kutipan yang menunjukkan sebagai berikut. 
                    Lasi datang dari  Jakarta membawa sedan, itulah celoteh terbaru yang segera merambat ke semua sudut Karangsoga. Dan cerita pun menuruti kebiasaan di sana, berkembang tak terkendali ke segala arah… (Ahmad Tohari, 2005: 241). 
                    Darsa yang basah dilepas dengan hati-hati.Ada yang memaksa Darsa menenggak telur ayam mentah. Mereka lega setelah menemukan tubuh Darsa nyaris tanpa cedera kecuali beberapa luka  goresan  pada tangan dan punggung......(Ahmad Tohari, 2005: 21).

3.      Latar Suasana
a.       Gelisah saat darsah harus menunggu hujan reda untuk menderes air nira
b.      Semangat : ketika darsah tahu hujan telah reda
c.       Sedih: saat lasi tahu Darsah jatuh  dan di tolong oleh mukri
d.      Kebimbangan: karena tidak ada biaya untuk mengobati darsah di rumah sakit
e.       Sedih: ketika Lasi di ejek teman-temannya di katakan lasipang si Lasi anak jepang
f.       Gelisah: ketika bersama Handarbeni ketika ia minta persetujuan L asi untuk menikah dengannya.
g.      senang: mengetahui kanjat mencintai nya
h.      sedih: darsah sedih ketika ia meratapi nasibnya di tingggal Lasi dan sumber mata pencahariannya harus ditumbang.
i.        senang: ketika Kanjat menikah dengan Lasi













BAB V
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dalam novel bekisar merah ini perjuangan seseorang dalam menjalani kehidupannya yang jelas tergambar pada nasib tokoh. Kehidupan yang dominan di dalam novel yaitu kehidupan Lasi dari kehidupan ia ketika diperolok-olokan temannya karena mirip jepang, kehidupan pernikahannya selama tiga tahun dengan Darsah sang penyadap air nira kelapa hancur karena perselingkuhan Darsah dengan Sipah untuk membalas budi Bunek, dan kehidupan Lasi ketika di Jakarta di Warung Bu Kuneng dan kemudian ia tinggal di warung Bu Lintang dan menikah dengan Handarbeni ia berjumpa dengan Kanjat lalu setelah itu menikah.
 Novel mengandung unsur ekstrinsik nilai-nilai sosial, budaya, ekonomi  dan agama yang dapat diambil hikmahnya oleh pembaca.

2.      Saran
a.       Kami mengharapkan agar cerita ini mempunyai akhir yang jelas karena ceritanya agak menggantung kami tidak mengetahui alasannya apakah untuk membuat pembaca penasaran atau yang lainnya.
b.      Kami mengharapkan adanya perbaikan kata-kata yang sulit dimengerti agar pembaca dapat lebih mengerti jalan ceritanya.








DAFTAR PUSTAKA
Pratama, Aditya Bagus. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Pustaka            Media.
Nurgiyantoro,Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada      University Press.
Tohari, Ahmad. 1993. Bekisar Merah.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
www.temukanpengertian.co.id.2014.temukan pengertian





Tidak ada komentar:

Posting Komentar