Selasa, 29 Maret 2016

cerpen dalam negeri


Rintik hujan mulai membasahi atap rumahku… entahlah, mungkin dia sudah tidak kuat menampung segala air yang ada di dalam dirinya… dan mulai menumpahkan segalanya ke atas bumi. Aku ingin seperti hujan, yang jika sudah tak kuat menampung segala permasalahan hidup bisa menumpahkan semuanya begitu saja.. “ren.. sendirian aja?” kata Daniel, sahabat terbaikku, “haha.. iya nih.. gue lagi nikmatin setiap rintik hujan yang sedang menumpahkan segala masalahnya..” jawabku, “setiap hujan gue selalu sudah melihat lo di teras kecil depan kamar lo, menikmati teh hangat dan menikmati setiap rintik hujan yang turun..” katanya lembut, “Ya, entah kenapa gue… gue suka sama suasana hujan yang penuh misteri, penuh teka-teki..” jawabku sambil tetap melihat langit, tanpa sadar ternyata sedari tadi Daniel sedang memandangiku sembari tersenyum, “Kenapa?” tanyaku polos, “hidung lo.. bikin greget!” katanya dengan tersenyum manis, dia segera mencubit manja hidungku, “aww! sakit tahu!” dengusku kesal, “when you love someone, you must say to him/her, ‘I Love You’, if not, you will regret…”, katanya sembari menatap langit yang sudah mulai reda, kata-katanya… benar… sangat benar… “I know.. i will remember it..” jawabku tersenyum.. dia melihatku dan membalas senyumanku, apakah aku bisa melakukan itu? ‘If not, you will regret’… kata-kata itu sedikit membuatku bingung, memang aku akan menyesal jika tidak menyatakan yang sesungguhnya, tetapi… “heh! ngapain lo ngelamun?” tanyanya menepuk pundakku, “ehehe.. nggak kok.. eh gue laper nih, cari makan di luar yuk?” ajakku untuk mencairkan suasana.. “Yuk! dari tadi kek’.. gue yang bayar..” katanya, “serius? oke!” jawabku, kamipun segera pergi mencari sebuah tempat makan…
“Dan.. gue punya satu masalah yang.. ya menurut gue susah untuk diselesaikan” kataku pada Daniel sembari menikmati satu cangkir cokelat panas atau biasa di sebut hot chocolate.. “apa?” tanyanya, “uhm.. gue suka sama satu cowok, dia baik banget sama gue, tapi… tapi…” aku mulai terdiam, aku bingung.. “tapi apa? tapi lo takut nyatain duluan? Karen.. karen.. sudah gue bilang tadi, ‘when you love someone, you must say to him/her I Love You, if not, you will regret’, udah lupa?” katanya padaku, Aku ingin seperti itu! Tapi tidak bisa… aku harus bagaimana?
“Kita mau kemana lagi ren?” tanyanya di perjalanan seusai makan, “Dan gue mau ngomong sama lo” kataku, “apa?” tanyanya, “gue suka sama lo, 5 tahun kita sahabatan, 3 tahun gue suka sama lo, 3 tahun gue mendam perasaan ini diam-diam, gue terus teringat sama kata-kata lo bahwa kita harus nyatain sebelum menyesal, gue lakukan itu sekarang, gue sayang sama lo…” kataku diiringi turunnya hujan dengan derasnya secara tiba-tiba.. Daniel segera menghentikan motornya, menyuruhku turun dan segera menatapku dalam-dalam, “Karen? Jadi… permasalahan lo ini? Lo suka sama gue tapi takut bilang? ren! apa yang lo lakukan tadi sudah benar! gue juga sayang sama lo..” jawabnya segera memelukku, aku segera melepaskan dan berkata “serius! gue mau cinta yang real, tulus, ikhlas.. bukan karena paksaan..” kataku, “Karen, lo masih ngeraguin gue? I Love you! and I’m so truth.. believe, I’m promise will love you forever..” katanya segera memelukku kembali, aku segera membalas pelukan itu dan tersenyum senang, hilang masalahku bersama dengan redanya hujan.. “You is mine now, i will make our relationship sweet like my smile.. haha” katanya, “Yeee… eh lihat deh, di langit ada pelangi yang sedang tersenyum melihat kita!” kataku sembari tersenyum padanya.. Ya, kisahku diawali oleh hujan dan di akhiri oleh hujan..
Cerpen Karangan: Ilean Febiola

cerpen bahasa Inggris

One sunny day in the huge kingdom of Murdock, a humble woodsman was walking around town with his son. The old woodsman plans on surprising his 20 year old son, but he has nothing planned since he only had enough money for a loaf of bread and a bucket of water. “What do you have in plan, Father?” His son, Clement, asked him. “Is it good?”
His father stayed quiet, but he replies with a small nod, and he also felt quite guilty for lying to his son. It was the same day that the charming princess Vienna was paying the kingdom a visit in her decorated white carriage. Suddenly, the woodsman had an idea, he asked his son to wait home till he gets back for the surprise, and Clement obeyed. The princess was only 18 years old, and he wanted the princess to marry Clement.
The woodsman ran to the palace as fast as he can, and he begged for the guards to let him enter to see the royal family. The kingdom was ruled by a wise king and queen who loved their daughter more than anything. The woodsman explained his situation to the king and queen and they understood, but they still don’t know if they will let their only daughter marry a peasant. The woodsman explained to them his son, and secretly, the princess heard all about that, she ran back to her room while her parent were still talking to the woodsman. Liza, her chamber maid heard all about that too, Liza was very jealous of the princess and wanted the perfect princess to suffer for all the unnecessary orders she gave to Liza.
After a while, the chamber maid gossiped to all the royal staff about the marriage even if it’s not decided yet. The king and queen became angry and asked all the staff, they all pointed to the chamber maid and she blamed the woodsman. The woodsman was really shocked, he was very kind and would never do such a thing like this. The woodsman did not do it and he wanted to tell them. Out of nowhere, the princess came out of one of the grand curtains she was hiding in. She saw Liza spread the gossip to the whole royal staff and even some of the kingdom.
She believed the woodsman and she agreed to marry his son, cause he would never lie, she can see it in his face. The king and queen were happy to have yet another family member, and a kind old woodsman. Liza was put in prison for what she had done, and after a week after the wedding, the princess was expecting a child.
THE END

Rabu, 23 Maret 2016

puisi sejarah Kerajaan Mataram Islam




Kisah tragis kerajaanku
Tertulis sebuah cerita yang lalu
Tentang kejayaannya
Aku disini mencoba bangkit berjuang
Meraih sebuah mimpi, memperluas kerajaan
            Namun perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
            Sayang engkau tak duduk disampingku kawan
            Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
            Di tanah subur negeri Mataram
Berawal dari sebuah hadiah yang diterima buyutku Ki Gede Pamanahan
Hadiah berupa tanah Mataram nan elok
Lalu Kakekku  yang bergelar Panembahan Senapati memajukan Mataram
Hingga mendirikan sebuah kerajaan
Kerajaan Mataram diabad ke-16
Ayahku Raden Mas Jolang meneruskan takhta
Bergelar Panembahan Seda Krapyak
Namun naas, dia tewas
Kini aku meneruskan tahta
Bergelar Sultan Agung Hanyarakrakusuma
Mimpi mulai ku rajut
Memperluas wilayah hingga pelosok Jawa
Namun, VOC menjadi batu rintangan
Tahun 1628, ku kirim pasukan pengusir VOC, namun gagal
Setahun kemudian, ku kirim lagi, namun naas, pasukan tewas, tertembak peluru panas
            Seakan benci bilang cinta
            ku malah bersekutu dengan VOC
            VOC pun menerima pinanganku
            Namun persekutuan itu harus ku jual mahal
            Mataram Islam terpecah belah
Perjanjian Gianti, 13 Februari 1755
Mataram terpecah dua
Surakarta dibwah kekuasaan Paku Buwono
Yogyajarta dibwah kekuasaan Sultan Hamengkubowono
Tak lama, kerajaan Mataram Islam pun lenyap
Meninggalkan sebuah kesan yang acap teringat

Tertulis sebuah cerita yang lalu
Tentang kejayaannya
Aku disini mencoba bangkit berjuang
Meraih sebuah mimpi, memperluas kerajaan
            Namun perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
            Sayang engkau tak duduk disampingku kawan
            Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
            Di tanah subur negeri Mataram
Berawal dari sebuah hadiah yang diterima buyutku Ki Gede Pamanahan
Hadiah berupa tanah Mataram nan elok
Lalu Kakekku  yang bergelar Panembahan Senapati memajukan Mataram
Hingga mendirikan sebuah kerajaan
Kerajaan Mataram diabad ke-16
Ayahku Raden Mas Jolang meneruskan takhta
Bergelar Panembahan Seda Krapyak
Namun naas, dia tewas
Kini aku meneruskan tahta
Bergelar Sultan Agung Hanyarakrakusuma
Mimpi mulai ku rajut
Memperluas wilayah hingga pelosok Jawa
Namun, VOC menjadi batu rintangan
Tahun 1628, ku kirim pasukan pengusir VOC, namun gagal
Setahun kemudian, ku kirim lagi, namun naas, pasukan tewas, tertembak peluru panas
            Seakan benci bilang cinta
            ku malah bersekutu dengan VOC
            VOC pun menerima pinanganku
            Namun persekutuan itu harus ku jual mahal
            Mataram Islam terpecah belah
Perjanjian Gianti, 13 Februari 1755
Mataram terpecah dua
Surakarta dibwah kekuasaan Paku Buwono
Yogyajarta dibwah kekuasaan Sultan Hamengkubowono
Tak lama, kerajaan Mataram Islam pun lenyap
Meninggalkan sebuah kesan yang acap teringat

CERPEN MU

My Sleepless Night


It’s 23:54. My husband hadn’t arrived yet. I responded a message from my Blackberry high school group. It was Damang. As a forever head of the class he started the first chat by a usual opening “It’s so quiet.” I replied, “Everybody is sleeping.” When I still subscribed Speedy in Bandung, I often found that many of my high school friends were still awake at exact time, just by looking who were online on Facebook. Damang was one of them. It didn’t mean that we always had sleeping problems.
No. We’re both lecturers and sometimes we could concentrate better at night doing our chores, especially when there were too many answer sheets demanded our attention. Then I updated my Facebook status and he did the same but in German language! Whenever there was a car, I listened but it wasn’t Aa’s car. I believed the reason behind Aa’s late attendance was his usual routine at our restaurant, Geulis Warung which was opened on 30 September this year. It’s across from Santika Hotel in Cirebon. Book keeping and stuff.
But waiting for him was never boring. Thanks to my over than 1000 Facebook friends, so my Newsfeed was always fresh and new. I chose some interesting status updates to be analyzed and here are some of them: Ai Kurniawati said, “If you want to lie, you should have a good memory.” That’s a good advice for a natural born liar who could dedicate his or her love to more than one person at the same time. Rather doing teacher’s assignments first at home, he would carry his girlfriends’ books!
Amalia Farra said, “Your smile makes me realize that you are my first and last love.” Is a smile really convincing that much? Can you believe it the power of smile? Or love really comes from the first and most beautiful smile you saw?
Puspita Mayuhime said, “I don’t want this night ends.” Time is running when you enjoy it the most, but it freezes when you hate it, seems like the clock stops ticking. It’s a proof that sometimes we don’t value time better than money and all those glittery things. We can’t enjoy the time with those repetitive and same old duty calls. We suddenly realize that time is lost when people die and we regret that we hadn’t spent precious quality time with them.
The first and the second status update have one similarity and one difference. The similarity is about love and the difference is love abuse. The third status is uncertain. We don’t know why Puspita wished that time stopped although we could assume that she was with someone special. She rarely sees the person and wants to spend more time with him. A typical teenage girl would cherish her time with her long-distance boyfriend (like I did!) than her girlfriends. But if you see your boyfriend everyday, you’ll feel bored if both of you don’t have different dates in different sightseeing. The magic would lose its touch.
Fourth and final status. Vio Ekky Pradipta said, “I don’t know why I’m angry all the time. I also feel disappointed even though people treat me nice. Maybe because they love me too much and when the shower of affection shown less, I’ll feel neglected and abandoned.”
Well what can I say? Just like Vio, we are social human. We need attention and want to be the center of the universe otherwise why we update status and send tweet? In real and virtual world we really absorb with the way we dress, talk and act. Secretly we would admit that we enjoy the number of likes we received in every photo, video, and status update. If all your friends are too busy to read, comment and praise it, then we wonder what it’s wrong with ourselves.
Nothing is wrong, believe me! There is a time when I’m so sick and tired with Facebook which makes me forget my spiritual religious duties and reconnect with my friends offline. Enough with status updates. Here is my favorite unknown quote, “A man who treats his woman like a princess is proof that he has been born and raised in the arms of a queen.”
A queen is also a good mother. She teaches her son what it takes to treat a princess which means every single female tenderly and respect. To tell you the truth I really don’t know how a man can make me feel like a princess. Should he say that I always look good and beautiful even though I haven’t taken a bath, washed my hair, and brushed my teeth? Should he open the door and let me walk first?
Is that why there’s a phrase ladies first not princess first? Because how many women in this world are true princesses? Then again we as young girls really love to be called princess by our parents and boyfriends. And an ordinary mother is a ‘queen’ in her household who lives in a ‘castle’ or a ‘palace’. But there is no phrase such as castle sweet castle but home sweet home is.
Now it’s 3:21 AM. It’s been a long day. I suddenly remember a scene from Twillight when Edward is awake at night watching Bella asleep. A vampire never sleeps and so does God. That’s a beauty of a fairy tale and fiction which why I’m so thankful that I’m charge in teaching Drama Analysis. You can make believe and imagine that you are the hero and heroine. Impossible things do happen which really exist in paradise.
I never regret or blame my insomnia episodes aren’t triggered by anything. It is God’s desire and He blesses me so I can produce this story and makes me more motivated in teaching. To be honest I keep asking myself, “Rina, aren’t you bored teaching all the time? What about your passion in writing and travelling around the world?” Well I don’t teach for money itself. Only God who decides what is the best for me and all of you. Thank you readers who survive reading this 1023 words.

Sabtu, 19 Maret 2016




MY AUNT IS MY MOTHER
By Nofrita Negoro

When my mother was born I do not know
every year to grow my children who are hungry for love
passed more passes
I own no accompanying

But then I found you
take care, look after me, love me
My happy with your
very happy

You should call my aunt my mother
I was sad when you are gone
today was my day so lonely without you
Did aunt want you to be my mother?

Aunt said "anytime may call mom"
I was amazed to hear
my day filled with fun day
until you are old and frail

Until the end of life
mother will still love me
in time, wherever and whenever
I'm proud of you .. my mother's aunt
BESTFRIEND
By Gan'ds Abadi

Smile ..
your smile make me happy .
when we laugh together .
i fell happy when we share the pain .
because you are my bestfriend .
sometimes i fell sad because u make me heard .
but i know you'llbe my bestfriend .

Friend ..
thanks foe erevything .
erevything tou can do and do it for me .
I LOVE U ALL .
A LETTER TO A FRIEND
By Mych Ryan

It’s always hurt to see you cry
To see tears falling like rain from the sky
And there’s no answer for why
I never question myself, I never try

It’s always hurt to know there’s nothing I can do
And fact that I don’t even know what to do
It’s so sad but so true
Feels like the color blue

Someday we’ll see we were wrong
And then we realize the day has done
Time won’t turn back, it’s no use to regret
It’s not easy to say good bye, but someway we have to try

Sometimes it’s hurt to remember
About the days we had together
And a piece of heart inside me
Carved with your smile, you can see…

It was the day when I used to care
Think about you, anytime, anywhere
The day when I used to drive you home
When the night was so cold and you were alone

That’s just history, saved properly in my memory
Now we are so far and so different, and yet so silent….
No voices when you say, just few words on my display
That’s OK. Thanks anyway….

PS. I’m sad about the problem you had
But don’t worry my friend,
I’ll be the man when you look behind
THE LAST DATE WITH THE MOON
By Mych Ryan


Here I am, standing in the brink of the day
Staring at the sun that has gone away
And a smile upon your face,
Make me never wanna leave this place

There you are, hardly I can see cause you just so far
I see your eyes blinking, are you a star?
But I remember you said you’re a moon
So I should have seen you soon

And here we are now,
You come to me somehow
You are getting closer and closer,
But why I feel like a stranger?

I remember,
It’s been 365 nights since the last goodbye
It’s too long for me, that’s the reason why

Now please come down, get lower
I’m on the top of the tower and can’t go higher
I have something to say to you
I need to tell you, that… I wanna stop loving you
______________
February 5, 2010
THE MOON HAS FALLEN
By Mych Ryan

Nothing to say, the rain drifted my words away
No place to stay, the love was taken away
The moon has fallen, the heart has broken
I’m here, fighting against my own demon

The fight of good and bad,
Happy and sad
Love and hate,
But I think it’s too late….

Looks like the demons win,
They’re laughing loud on my sins

Now I’m waiting for forgiveness
From you, not from others
Thousands rivers won’t be enough to wash me
From my sins, and from all the demons in me
______________
February 7, 2010
A LETTER TO GOD
By Jayafran

Dear God,
I am sorry not to take the path You made
My forgiveness to obey the spoke You whisper
My apologized to ignore Your prohibition
I am sorry to travel alone without Your guide

Dear God,
Maybe I am to proud to myself
My confidence to choose all my path alone
This greed that wanting more than I need
The selfish arrogant ungraceful man

Now I am lost in the middle of nowhere
Stand between the dark cold scary valley
This darkness makes me loose my sight
The fog does not allowed me to see the light

Dear God,
Slowly my conscious turn to madness
This eyes getting blurry and shaded
The sound of nature fading away I can not hear
My body is numb I can not even stand

Dear God,
I know I just a sinner
Disgrace my self with all my sins
Throw away your blessing grace
Now I just turn into something I am not

Dear God,
Please take my soul away
To take Your undying conviction
I do not deserve to live this life no more
The demon has own my soul forever
I HOPE I CAN FORGET YOU, SOON
By Indah D Panjaitan

I don’t know, why I should thingking like that
Is about you and only you
I don’t know why I love you so much and miss you much

Every time I see you in my mind
And
Every night I see you in my dreams
I don’t know why I should thingking about you
Sometimes, I’m so doubt so I’ll never forget you for forever
Have more time I tried to do it
But I can’t (forget) do it
Although I have to try
I don’t know why, are you same like me??
Are you know, I always make our story to my poetry
Whenever I create my poetry, I cried…
Sometimes, I regret to meet you because I things to meet you is the happy moment.
And it make I’m so difficult to forget you and these moment

If I know all of will like that, I never want to know you more and more
The fact, I never wish for you to love me
I never thought that you must know about my mind.
But ever, I have mind so you thing like me.

Have you ever know, if I read my poetry I’ll be down
I smiling to remind these last time, sad moment, sweet moment, until the seriously moment
I miss the times and want to back to the last
WHERE CAN I LIFE
By Aslam Yusuf

I runway from my life
Hope that i can find the paradise
But i think it so hard
I am going to the hell

Maybe i take a wrong way
But no way back to star again
My distination still so far
And too fast if i think to going home

I just wanna do
Work for life not life for work
just wanna find the new place
Where can i life
All i wanna want
Where I can get the better life
For anything that i do
I wanna make it true

Sometime i feel so alone
And no one here to tell
I am finally now believe the feel
Couse it so hard
Couse it's so far

This is my time to change my word from the pain

PANTUN NASEHAT BAHASA JAWA



 
 
Babak belur mangan bukur
Uwit ganyong ndarani naga
Ayo sedulur pada sing akur
Gotong royong ngewangi tangga

Maju mundur pada nyelonong
Pada mangan woh delima
Hey sedulur aja nyolong
Kui pegawean dilarang agama

Ana kursi ngambang ning kali
Aja korupsi mending dadi kuli

Ana menungsa ana Jin
Lagi keder rebutan dana
Bocah sekolah kudu rajin
Endah pinter ilmune berguna

Jumat, 18 Maret 2016

Contoh Karya Sastra



Aku

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943


Cintaku Jauh Di Pulau

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946


Aku Berkaca

Ini muka penuh luka
Siapa punya ?

Kudengar seru menderu
dalam hatiku
Apa hanya angin lalu ?

Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah.......!!

Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal .............!!
Selamat tinggal ................!


Derai Derai Cemara

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949


Diponegoro

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.


Doa

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cahyaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943

Rabu, 16 Maret 2016

cerpen kehidupan

Gadis Penjaja Tikar
Suasana Kebun Raya Bogor dipenuhi dengan pengunjung. Laki-laki, perempuan, tua maupun muda semuanya ada disana. Saat itu adalah hari libur panjang sekolah sehingga banyak pengunjung yang pergi liburan. Mereka ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan kejenuhan.
Seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian sederhana, ia menjajakan tikar dari plastik kepada para pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya. “Pak, mau sewa tikar?”katanya pada Pak Umar. “Berapa harga sewa satu lembar tikarnya?”tanya Pak Umar. “Lima ribu rupiah, Pak!”jawabnya dengan suara lembut. “Bagaimana kalau Bapak ambil tiga puluh ribu rupiah?”tanya Pak Umar lagi. Gadis itu diam sejenak. Kemudian ia pun berkata,”Baiklah kalau begitu. Silahkan pilih, Pak!”
Pak Umar memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak Umar ada rasa tak tega terhadap gadis itu. Gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan uang. “Kamu sekolah?”tanya Pak Umar. “Sekolah, Pak! Saya kelas empat SD. “jawabnya.”Mengapa kamu menyewakan tikar plastik ini?”tanya Pak Umar lagi. “Saya harus membantu ibu saya. “jawab gadis itu. “Kemana ayahmu?”Pak Umar bertanya lagi. “Bapak telah lama meninggal dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu untuk mencari uang,”jawab gadis itu pelan. Mendengar cerita gadis tersebut, Pak Umar merasa terharu.
Pak Umar merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang dua puluh ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu. “Pak maaf, saya tidak boleh menerima uang jika tidak bekerja, “katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Mengapa?”tanya Pak Umar heran. “Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau memamg hasil bekerja. Saya tidak boleh meminta belas kasihan dari orang. “Mendengar perkataan gadis itu, Pak Umar makin terharu. Ia tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berbudi luhur. “Begini saja, kalau memang harus bekerja, sekarang bantu Bapak beserta keluarga. Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan makan bersama di bawah pohon yang rindang itu!” kata Pak Umar ramah. Pak Umar dan keluarga menuju ke bawah pohon yang rindang tersebut. Mereka pun menggelar tikar plastik yang baru saja disewanya. Gadis kecil itu pun diajak untuk makan bersama

Contoh Cerpen Singkat


Kisah Seorang Penjual Koran
Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Doni.
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil berapa Doni?” tanya Bang Karno. “Biasa saja.”jawab Doni. Bang Karno mengambil sejumlah koran dan majalah yang biasa dibawa Doni untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.
Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Doni setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab.
Ketika Doni sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Doni jadi gemetaran. Benda apakah itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom dimana-mana. Doni khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah kardus. “Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati. Doni segera membuka bungkusan dengan hati-hati. Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya. “Wah apa ini?”tanyanya dalam hati. “Milik siapa, ya?” Doni membolak-balik cincin dan kalung yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho,…ini kan milik Pak Alif. Kasihan sekali Pak Alif , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya dalam hati.
Apa yang diperkirakan Doni itu memamg benar. Rumah Pak Alif telah kemasukan maling tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya terjatuh. Doni dengan segera memberitahukan Pak Alif. Ia menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Alif karena perhiasan milik istrinya telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur. Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Alif memberikan modal kepada Doni untuk membuka kios di rumahnya. Kini Doni tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Doni digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.

Puisi Taufik Ismail


DENGAN PUISI AKU
 (Taufiq ismail)
 Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
 Dengan puisi aku bercinta
 Berbaur cakrawala
 Dengan puisi aku mengenang 
Keabadian Yang Akan Datang 
Dengan puisi aku menangis 
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
 Napas jaman yang busuk
 Dengan puisi aku berdoa 
Perkenankanlah kiranya 

 Sebuah Jaket Berlumur Darah
 Sebuah jaket berlumur darah
 Kami semua telah menatapmu 
Telah pergi duka yang agung
 Dalam kepedihan bertahun-tahun.
 Sebuah sungai membatasi kita 
Di bawah terik matahari Jakarta 
Antara kebebasan dan penindasan
 Berlapis senjata dan sangkur baja 
Akan mundurkah kita sekarang
 Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
 Berikara setia kepada tirani
 Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?. 
 Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
 Kami semua telah menatapmu
 Dan di atas bangunan-bangunan 
Menunduk bendera setengah tiang.
 Pesan itu telah sampai kemana-mana
 Melalui kendaraan yang melintas
 Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan 
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
 Prosesi jenazah ke pemakaman
 Mereka berkata Semuanya berkata 
Lanjutkan Perjuangan. 

Minggu, 13 Maret 2016

Cerpen Religi, Aku Pulang

By: Irmajajil
Sejauh apapun engkau pergi pasti kelak akan berpulang juga, ke rumah, sebuah tempat dimana anda berawal dan dimana anda berakhir. Meski jauh, meski tak tahu arah sekalipun anda pasti akan berusaha untuk kembali, ke tempat itu. Begitu pun dengan kehidupan fana ini, semua akan berakhir, semua akan usai pada satu titik dimana engkau akan kembali ke pelukan sang pencipta. Begitulah, lalu kenapa tak berusaha menggapai belaian sang pencipta? Tak ada kehidupan yang lebih baik selain berada di bawah naungan Tuhan mu, itulah yang aku rasakan. Begitu banyak hal yang sudah aku lalui ternyata tak membuat aku lupa pada Nya. Itu yang membuat seseorang akan merasa nista, akan merasa sedih akan merasa putus asa, ketika mendapati dirinya jauh dari jalan yang kasihi Tuhan. Dalam lubuk hati paling dalam, pasti bisa tersentuh, meski hanya secuil iman sekalipun yang ada dalam hati itu. Aku pun tak mampu berpaling dan melupakan ada-Nya. Memang, aku sudah menapaki kehidupan ini tanpa pernah mengingat atau berada pada ketetapan iman. Beriring dengan kegelisahan dan kegundahan menghadapi hidup, aku berjuang tanpa menoleh, dan semakin jauh dari jalan yang diajarkan. Bahkan aku sering mengumpat, menyalahkan takdir yang diberikan, hanya karena kesulitan hidup yang sebenarnya memang ujian menuju kehidupan yang lebih kekal. Kehidupan ku memang tak se-beruntung orang lain yang bisa makan dengan cukup dan tidur di kasur yang empuk. Untuk makan terkadang aku harus menguntit yang mana sebenarnya merupakan perbuatan yang nista dan tak beradab. Itulah saat pertama kali kehidupan ku mulai dari ajaran agama. Benar memang pesan orang tua dulu, "jangan makan barang haram, itu akan menjauhkan dirimu dari Tuhanmu". Kehidupan berjalan terus, seperti tak puas dari hasil ujian yang diberikan, Allah menguji ku dengan berbagai cobaan lain yang membuat aku semakin jauh, jauh meninggalkan kehidupan yang di ajarkan. Pelan, dan pelan aku semakin jauh, meski hati ini masih ter getar manakala mendengar berbagai nasehat namun aku tetap tak kuasa menampik jalan buruk yang aku temui. Batin ini menjerit ketika perut terasa lapar dan tak ada nasi sedikitpun untuk mengenyangkannya. Aku bersumpah, aku akan menjadi orang yang kaya dan tak lagi menghujat kebenaran. Berbekal cacian bermodal hinaan aku terus memaksa menciptakan kehidupan gemerlap bak tetangga rumahku. Aku berhasil, jerih payah dan pengorbanan ini akhirnya terbayar dengan kehidupan yang tak lagi sulit. Aku berhasil mengumpulkan harta, membuat kehidupan ku kini tak kekurangan. Keluarga ku kini tak perlu menahan lapar setiap hari, mereka bisa makan puluhan kali sehari, mereka bisa tidur di busa yang empuk tanpa cucuran air hujan dari genteng rumah. Dulu aku sangat percaya bahwa kekayaan pasti akan membuatku tersenyum, tidur tenang dan bahagia namun tetap saja tak ada ketenangan yang aku rasakan. Ada derita batin yang aku rasakan, maklum, aku menghasilkan uang bukan dengan jalan halal. Tak begitu baik, tapi aku tetap memaksa. "Yah, ada apa, sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya istriku suatu malam. "Ya... ada sesuatu yang tak bisa aku dapatkan dengan harta ini" jawabku lirih. "Maksud ayah?" istriku kembali bertanya. "Dulu kita susah makan, tidak dapat tidur nyenyak, sekarang kita bergelimang harta tetap saja aku tidak merasakan lelap nya tidur, apa sebenarnya yang salah?" Jawabku. "Benar, tetap saja ada sesuatu yang mengganggu ku", jawabnya pelan. Meski menghabiskan beberapa bulan tertegun aku tetap saja gelisah, tak ku dapatkan jawaban dari gundah hati ini, sampai suatu saat... Dengarlah suaraNya memanggil namamu Coba lihat cahayaNya, sinari hatimu Dengarlah Dia, rasakan Dia Rahasia cinta semesta Bukan rahasia, ya Sang Maha Esa Lihat dengan hati terbuka Kembali kepadaNya Aku pulang, aku pulang Aku pulang, aku pulang Kembali kepadaNya Aku mendengar syair itu sekilas, lalu aku ingat bahwa selama ini aku melupakan satu hal, aku menghasilkan uang dengan jalan yang tak diberkati, mungkin itu yang menyiksa batin ini. "Mungkin inilah yang membuat hidupku tetap tak tenang meski bergelimang harta, aku memang jauh dari Tuhanku", gumamku dalam hati. Sedang asyik melamun dengan kegelisahan itu aku sampai tidak sadar bahwa di depanku ada seorang yang sedang menyeberangi jalan. Satu jengkal lagi mungkin lelaki itu akan menghembuskan nafas terakhirnya dilindas roda mobil yang ku kendarai. "Maaf pak, bapak tidak apa-apa?", tanya ku dengan gagap kepada lelaki tua tersebut. "Tidak apa-apa nak, bapak tidak apa-apa", jawabnya sambil membenahi kopiah yang dipakainya. "Bapak mau kemana?" tanyaku lebih lanjut "Bapak hendak ke masjid, sudah waktunya sholat Ashar, anak sendiri sudah sholat belum, kalau belum sekalian saja, sepertinya tadi anak ini sedang melamun jadi setelah sholat bisa tenang", bapak itu mengajak ku ke masjid. Seperti kerbau di cucuk hidungnya aku langsung saja berjalan mengiringi lelaki tua itu. Entah apa yang membuatku seperti di bius, tak sadar menjejakkan kaki ke masjid yang selama ini tak pernah aku lakukan. Aku mengikutinya sholat, sambil meraba-raba berbagai bacaan sholat yang dulu ku ingat, maklum, lama sekali aku tak melakukan kewajiban sebagai muslim selama ini. Sampai selesai sholat kami berbincang, berawal dari satu pertanyaan kecil akhirnya aku mengutarakan semua gundah yang ku rasakan. Seperti bercerita dengan seorang sahabat, aku bahkan tak canggung bercerita panjang lebar. "Ada sesuatu yang salah dalam diriku pak, aku memiliki semua hal namun hatiku gelisah dan tidak tenang", ucap ku padanya. "Aku tak pernah bisa tertawa lepas meski aku mendapatkan semua hiburan yang aku inginkan". "Sholat-lah, itu akan mendekatkanmu kepada sang pencipta, itu akan menenangkan hatimu, menjernihkan pikiranmu", jawabnya dengan tegas. Dengarlah Dia, rasakan Dia Rahasia cinta semesta Bukan rahasia, ya Sang Maha Esa Lihat dengan hati terbuka Kembali kepadaNya Tak bisa ku pungkiri, ada sesuatu yang berbeda kala aku sudut di karpet masjid itu, beberapa beban ku seperti berkurang, pikiran ku tak sekalut tadi sebelum aku kesini. Sesampainya di rumah aku menceritakan kejadian sore itu kepada istriku. Aku menceritakan dari awal kejadian sampai aku keluar dari masjid itu. Istriku hanya terdiam, dia tak banyak berbicara, tapi ada sesuatu yang terpancar jelas di matanya. Seperti ada se titik harapan yang terpancar dari sinar matanya itu. Entah apa artinya, aku sama sekali tak mampu menerka. Tak sadar, kami pun terlelap malam itu. Malam itu ada sesuatu yang berbeda, kami terbangun hampir bersamaan ketika mendengar suara azan, sama sekali kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya. "Bagaimana kalau kita sholat yah?", ajak istriku sembari memeluk ku dengan hangat. "Iya, aku ingin membuktikan perkataan lelaki tua kemarin" jawabku sembari berdiri. Ada kesegaran ketika aku membasuh muka dengan air wudu, sejuk rasanya. Akhirnya, untuk pertama kali kami sholat atas niat sendiri, meski tidak tulus karena mengingat Allah. Aku pulang, aku pulang Aku pulang, aku pulang Kembali kepadaNya Dengarlah Dia, rasakan Dia Rahasia cinta semesta Bukan rahasia, ya Sang Maha Esa Lihat dengan hati terbuka Kembali kepadaNya Entah apa yang sebenarnya terjadi, setelah hari itu ada lebih banyak kedamaian yang aku rasakan. Pelan pelan aku mulai terlepas dari ketergantungan akan harta benda dan kekayaan. Aku tak lagi begitu membanggakan harga, aku tak lagi takut kelaparan karena tidak memiliki uang. Berbekal nasehat dan petuah dari orang-orang di masjid aku mulai belajar sedekah, "ingat, inti dari sedekah adalah keikhlasan kita", dari pesan itulah aku mulai bersedekah dari nilai yang paling kecil hingga akhirnya hampir dua pertiga harta ku habiskan untuk bersedekah. Ku berikan sebagian harta ku untuk membangun masjid, membantu fakir miskin, memberikan sumbangan ke panti, pesantren, sekolah dan banyak lagi lainnya. Aku mulai benar-benar merasakan kedamaian, aku mulai mengerti arti kebahagiaan, dan ternyata memang benar, "kebahagiaan tak bisa dibeli dengan uang". Meski aku yakin Allah menjamin semua kebutuhanku namun aku tak mau berpangku tangan, aku terus bekerja bahkan semakin giat. Aku berharap semua yang aku dapatkan bisa ku gunakan untuk kebaikan, aku juga berharap bisa meninggalkan seluruh jalan gelap yang dulu aku lewati. Cerpen Religi, Aku Pulang Ilustrasi: syinfayakof.wordpress.com "Ya Allah, engkau yang mengendalikan segalanya, Engkau yang memberikan ku jalan, yang menuntun ku, jauhkanlah aku dari kehidupan kelam yang dulu dan dekatkan aku di jalan yang Engkau ridhoi, ampunilah segala dosa yang pernah ku lakukan ya Allah", aku menutup sujud ku dengan memohon ampunan atas semua yang pernah ku alami.

Cerpen mu

Tuhan, Maaf Aku Tidak Sanggup
Ada penghuni baru di yayasan tempat aku tinggal. Penghuni baru ini seorang ibu dan anaknya laki-laki berumur 12 tahun. Sebut saja namanya Dodi. Tidak pernah aku bayangkan ada penghuni baru seperti ini. Si ibu dalam keadaan depresi yang cukup parah dan anaknya pengidap autis yang tidak pernah diajarkan apa pun. Subhanallah. Tapi, yayasan sanggup membuka “pintu hatinya” untuk kedua orang ini. Padahal, anak-anak asuh yang tinggal di yayasan sudah cukup banyak. Biasanya setiap pagi aku membuka pintu kamar karena tidak ada jendela di kamarku. Udara segar perlahan memasuki kamar yang sempit ini. Sebagai manusia beriman aku harus bersyukur dalam kondisi seperti apa pun juga. Kamar ini jelas jauh lebih baik ketimbang aku tidur di bawah pohon atau di emperan toko. Sekarang ini aku tidak berani membuka pintu kamar. Kenapa? Karena yang aku saksikan adalah “show” gratis anak autis itu. Duduk bersila di lantai menonton TV atau tidak, badannya selalu bergoyang, bicara sendiri dan tertawa sendiri. Ya.. Allah maaf aku tidak sanggup menyaksikan pertunjukan ini. Ini kisah ibunya. Di yayasan ini banyak sekali kegiatan pengkajian Al-Qur’an. Ada pagi dan ada juga malam bahkan tengah malam. Aku ajak ibu ini tapi terlihat jelas ada penolakan dari sorot matanya. Pernah suatu ketika berteriak histeris hanya karena aku kasih tahu arah kiblatnya terbalik. Jujur, aku ngeri melihatnya. Terus saja aku bujuk karena pihak yayasan mempercayakan aku untuk mengajak ibu ini ikut di semua kegiatan pengkajian di yayasan. Lama kelamaan aku menyerah dan berkata tidak sanggup ke yayasan. Ya.. Allah maaf berat sekali tugas ini. Kisah hidupku rumit dan kurang menarik untuk diceritakan. Jelasnya, aku juga pernah mengalami guncangan hebat di dalam hidupku. Tapi, aku tidak pernah putus asa dan terus berusaha bangkit dari keterpurukanku. Caranya? Salat, baca Qur’an, Tahajud, dan infak. Aku tinggal di yayasan ini lebih dari 6 bulan. Setiap hari aku isi kegiatan dengan mengikuti semua pengkajian Al-Qur’an. Allah sendiri mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah obat, “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” Penyakit di dalam dada itu macam-macam. Bisa penyakit jantung, hati, paru-paru, dan sebagainya yang ada di dalam dada. Dan, bisa juga penyakit iri, dengki, takabur, sombong, angkuh, merasa pintar sendiri, dan sebagainya yang kalau dibiarkan akan menggerogoti jiwa. Tidak mudah memang untuk menyembuhkan diri sendiri dari depresi tanpa bantuan obat atau tenaga ahlinya. Tapi, kita tidak sendirian. Ada Allah yang terus menerus mengurus makhluknya. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Dia mengetahui segalanya. Allah Maha Tinggi, Maha Besar. Yakinlah… tidak ada penyakit yang tidak bisa sembuh kalau Allah menghendaki. Cerpen Karangan: D. Miranita

Rabu, 09 Maret 2016

Kumpulan Cerita Lucu Singkat Masa Sekolah

Mail Dan Bu Guru BU GURU: “Baik, sebelum pulang ada yang mau bertanya?” MAIL: “Saya Bu!” (Jawab Mail Lantang) BU GURU : “Iya, silahkan ...? Apa yang ingin di tanyakan Mail?” MAIL: “Maukah Ibu jadi pacarku?” BU GURU : “hah?? ... Kalo mau cari pacar cari yang seumuran dong Mail...?” MAIL: “Trus orang ganteng kayak saya ini pantesnya jadi pacar siapa dong Bu?” BU GURU : “Kmu ini bandel sekali! Sekolah itu yang bener. Belajar dengan serius. Punya cita-cita ga sih kamu?” MAIL: “Punya dong Bu..” BU GURU : “Nah.. begitu dong punya cita-cita, coba sebutkan Apa cita-citamu?” MAIL: “Dulu cita-cita saya ingin jadi pilot, tapi semenjak masuk sekolah dan ketemu Ibu, cita-cita saya berubah ingin membahagiakan Ibu.. BU GURU : “MAIL..!!! Kamu kalo masih suka godain Ibu, Ibu akan panggil kepala sekolah!” (dengan nada marah) MAIL: “Dih jangan dong Bu, panggil Mas aja biar lebih mesra.. BU GURU : @##$$$%^^#@!!!??? ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Absen Murid - Bu Guru: "Rindu!" - Rindu: "Hadir Bu" - Bu Guru: "Benci" - Benci: "Saya bu" - Bu Guru: "kasih" - Rindu: "Izin Bu!" - Bu Guru: "Sayang" - Benci: "Sakit Bu!" - Bu Guru: "cinta".. "Cinta...?? Cinta kemana?" - Rindu & Benci: *menjawab* "Cinta pulang Bu!?" - Bu Guru: "Kenapa pulang ?" - Rindu & Benci: *Serempak menjawab* "Karena Cinta tak pernah hadir tanpa Kasih & Sayang" - Bu Guru: "hemmmmm bener juga yah ?" ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Piknik Gila Guru= “Anak – anak, besok kita akan piknik ke pantai yah” Murid= “horeeee..!!” Guru= “Setiap siswa harus membayar 1 juta” Murid= “Huuuuu…!!” Guru= “itu kalo naik taksi, kalo naik bus bayar 30 ribu” Murid= “horeeee..!!” Guru= “tidak boleh ada yang berenang” Murid= “Huuuuu…!!” Guru= “maksudnya di dalam mobil” Murid= “horeeee..!!” Guru= “minuman yang tersedia adalah wedang jahe” Murid= “Huuuuu…!!” Guru= “itu untuk saya, dan soda untuk kalian” Murid= “horeeee..!!” Guru= “kepala sekolah akan hadir” Murid= “Huuuuu…!!” Guru= “pada akhir acara” Murid= “horeeee..!!” Guru= “kita akan pulang sekitar jam 12″ Murid= “Huuuuu…!!” Guru= “tengah malam” Murid= “horeeee..!!”

Cerpen : Pemuda Sang Pahlawan Menumpas Preman Sang Penjahat

Suatu ketika di keramaian kota, ada seorang pemuda berjalan menyusuri perjalanan kota . entah mau kemana ia pergi. Pemuda itu terus menyusuri perjalanan panjangnya berkeliling perkotaan . sepertinya ia tengah mencari sesuatu tapi entah apa itu. Satu perjalanan ia lewati, dua , tiga perjalanan pun sudah ia lewati. Tetapi yang dicarinya pun tidak pernah ketemu juga. Tiba-tiba diperjalanan ia dicegat oleh sekelompok pemuda sebut saja para preman. Sepertinya preman itu menginginkan sesuatu dari pemuda itu. Salah satu preman berkata , hei, bagi duit mu pada kami… pemuda itu sambil merenung seperti memikirkan apa yang di carinya serta mengabaikan para preman dengan berbelok arah . apa yang dilakukan pemuda itu membuat para preman kesal dan marah . Para Preman langsung menghampiri pemuda yang tengah mencari sesuatu itu dengan menepak pundak si pemuda dan langsung berkata “ kalau orang ngomong, denger dong. “ Pemuda itu diam .. “ Cepet, bagi duitmu pada kami kalau tidak kami gebukin lu. Jelas si preman Pemuda itu masih diam. Tiba-tiba ia berkata “ kenapa kalian minta duit sama saya, memangnya saya bapakmu apa “.. Preman itu langsung menjawab “ Alaahhh siapapun lu, kami tidak peduli. Cepat serahkan uang mu pada kami, kalau tidak kami akan………. Beliiiiiii ess kriiiimmmm.. potong si pemuda dengan berteriak kepada pedagang es krim yang lewat., mass es krimnya masss.. tungguin.. saya mau beliiii … lanjut sipemuda memanggil pedagang es krim itu Pedagang es krim itu berhenti dan langsung pemuda itu menghampirinya yang tak jauh dari tempat dia berteriak memanggil tadi Para preman pun kebingungan seperti orang bodoh, mereka sepertinya merasa amat heran dengan apa yang terjadi. “ Baru kali ini gue dibuat bingung seperti ini, seperti orang bodoh.. ungkap si preman dalam hati. Para preman itu galau sambil duduk di sebuah trotoar jalan. Mereka masih bingung dan heran seperti tergenjutsu :D Dan tak lama tiba-tiba datang lah pemuda tadi yang membeli es krim kepada para preman itu. “ Haduuuuuhhhh…..Dari tadi saya diam , ternyata rasa haus saya sekarang sudah terobati..nyam nyam nyam.. huhhh ucap preman itu sambil mengusap-usap tenggorokannya karena rasa hausnya telah terobati oleh es krim yang dibelinya Para preman itu melongo saja melihat tingkah pemuda itu. Dan mereka pada bengong semua “ oke bapak-bapak, lanjut lagi .tadi pembicaraan kita sampai mana ? lupa lagi saya karena mikirin haus mulu. Ucap si Pemuda tadi dengan tersenyum-senyum kepada para preman yang dari tadi lagi bengong seperti orang bodoh . Para preman pun masih bengong saja. Dengan sigap si pemuda mengambil TOA dan SALON AKTIP entah dari mana dengan suara spekernya itu yang full suara dia teriakan kepada si preman yang lagi bengong “ WOOOOOiiiiiiiii Sahuuurrrrrrr… ” Para preman itu terperanjat sambil berteriak kaget karena suara speaker itu. Setelah itu semua yang terjadi dan akhirpun reda juga. para Preman berkata “ Apa yang tadi kau katakana barusan “ Pemuda tadi berteriak lagi dengan suara speakernya “ Sahuuurrrrr “ sekali lagi para preman itu terperanjat kaget karena suara yang menggelegar. “ Bukan itu maksud kami . teriak serentak sang preman. Dengan suara merasa malu dan bodoh pemuda itupun berkata sambil tertawa bodoh “ hehehehehe… maaf-maaf kagak sengaja …para preman dengan wajah kesalnya Cuma bisa berdiam mendengar ucapan yang tidak logis dari ucapan si pemuda tadi., .. “ terus tadi nanya apa,, lanjut si pemuda. Tadi lu ngomong apa sebelum berteriak pake speaker begituan ? tanya salah satu preman Oh itu, yasudah saya ulangi lagi . saya tadi itu ngomong begini ““ oke bapak-bapak, lanjut lagi .tadi pembicaraan kita sampai mana ? lupa lagi saya karena mikirin haus mulu “ ucap si pemuda mengulanginya Apaa !!! kau memanggil kami bapak-bapak ? wajah kami seperti cristian ronaldo gini kau bilang kami bapak-bapak. Jelas para preman Si pemuda tadi Cuma diam seperti teringat sesuatu yang dicarinya. Hei, mana serahkan duitmu sama kami atau kau akan kami Bunuh !!! ucap si preman Enak amat kamu ngomong seperti itu sama saya, saya tidak akan menyerahkan duit saya sama kalian para preman jelek “ ucap si pemuda sambil mengejek Kalau gitu kami akan memaksamu untuk memberikannya dan membunuhmu ” ucap preman Mendengar itu semua si pemuda tadi langsung mengeluarkan jurus 1000 kaki, yaitu lari sekuatnya..dengan mengucapkan “ kabuurrrrrr” pemuda itu kabur dari preman tadi.. Melihat apa yang terjadi para preman tadi langsung mengejar pemuda tadi. “ Woii jangan kabur lu , jangan kaburr . teriak para preman Pemuda tadi lari terbirit-birit sehinga para preman tidak terlihat lagi. Pemuda itu lari melewati kampong demi kampong, desa demi desa, kota demi kota, dan kabupaten demi kabupaten telah ia lewati. Dan tibalah ia pada sebuah jalan buntu, ternyata ia terjebak . tiba-tiba datanglah para preman yang dari tadi mengejar dan mencari si pemuda dengan napas terengah-engah Dengan nada bahagia dan jahatnya para preman itu mengatakan “ sekarang kau tidak akan bisa kemana-mana lagi, kau telah terjebak . sekarang kami akan membunuhmu . “ Pemuda tadi tampak biasa saja dan tenang. Para preman itu langsung menghajarnya tetapi pemuda itu melawannya dengan beladirinya .. beladirinya itu seperti bela diri seorang ninja. Sekejap saja pemuda itu telah mengalahkan sebagian preman tadi. Pemuda itu terus melawan, menangkis, menyerang, dan seterusnya sehingga tibalah para preman ingin menyerangnya bareng-bareng. “ kalau kau tidak bisa kalah dengan perlawanan kami, kami akan menyerangmu secara bersama. Ucap salah satu preman tadi Pemuda itu tenang saja mendengar mereka berkata seperti itu. Para preman itu langsung menyerangnya secara bersamaan dengan melayangkan kepalan tangan kanannya. Tiba-tiba saja pemuda itu kaget dengan apa yang dilihatnya, dia seperti melihat sesuatu yang dicarinya sejak pertama kakinya melangkah. Pemuda itu langsung menghampiri dan mengejar yang dia lihat tadi dengan berteriak mass tungguuuuuuuuu “ dengan menabrak para preman tadi hingga terjatuh sampai keleyengan kepalanya .. Mas tadi yang dicari pemuda itu melihat pemuda memanggilnya dan menghampiri pemuda itu dengan mengatakan “ basonya mass, basonya enak kok Cuma Rp.5000 satu mangkok. “ Dengan perasaan bahagia pemuda itu langsung memesan baksonya.. “ dari tadi aku mencari-cari baso kesana kemari mengelilingi dunia sampe di kejar-kejar preman eh ternyata sampe juga ketempat tujuan yaitu beli baso..haduuuhh leganya “ gumam pemuda itu dalam hati Pemuda itu berkata “ baksonya 10 mangkok di bungkus ya mass “ Oke mass ..jawab si pedagang bakso.. Para preman tadi melihatnya dari kejauhan dengan kepala seleyengan..”baru kali ini gue menemukan orang aneh begitu, jago silat lagi . dan yang anehnya lagi dia ternyata jauh-jauh kesini ingin membeli baso.. haduuuhh orang macam apa itu “ gumam si preman kepada preman lainnya sambil kelihatan heran.. Setelah itu para preman itu meninggalkan pemuda tadi yang lagi beli baso dan balik ketempat asalnya.

Rabu, 02 Maret 2016

Balada Pipit Muda

Pagi ini memang begitu sepi untuk dinikmati sendiri. Aku hanya bisa melontarkan pandangan jauh dari atas pohon mangga teringat akan kepedihan yang membuat hama sepertiku membangkang kepada Tuhan. Ku lihat daun pohon mangga yang menjadi pijakanku sekarang terjatuh. Terhembus angin jauh hingga tak lagi dapat aku melihat daun kecil itu. “Huhhh…” ku tarik napasku dalam-dalam, ku renungi setiap jengkal masa lalu yang selalu membuat luhku memberontak ke luar dari pelupuk mata. Begitu tragis memang hidupku. Dilahirkan sebagai burung pipit kecil tak berguna. Hanya dapat menjadi hama bagi para manusia-manusia serakah yang membuat hariku belakangan ini menjadi sepi tanpa sebuah tawa. Aku rindu dahulu sebelum semua itu terjadi. Tiap hari tawa selalu menghiasi paruhku begitu juga jiwaku hingga pada hari dimana seluruh saudara beserta ibuku terperangkap jaring yang dipasang lebar-lebar oleh manusia hanya untuk menangkap kaumku. Kebanyakan dari kaumku memang dianggap sebagai hama karena memakani padi yang akan berbuah. Oleh karena itu manusia mengerahkan segala cara untuk menangkap kaumku. Matahari mulai menanjak naik. Panas mulai menyerangku yang sedari tadi hanya diam bertengger di ranting kecil pohon mangga. Kemudian aku terbang lagi mencari tempat yang lebih teduh, hingga aku menemukan sebuah rumah kosong tak bertuan. Ahirnya aku bertengger di pagar rumah itu. Cukup sejuk memang namun belum cukup untuk menyejukkan hatiku yang terbakar amarah. Dalam heningku aku kembali teringat pada Pagi itu. Pagi itu memang sangat indah membuat mataku tak berkedip menikmati keindahan Tuhan yang tak bisa ku nalar bagaimana Tuhan menciptakan itu semua. Seperti hari-hari sebelumnya pagi itu seluruh keluargaku beranjak meninggalkan sarang untuk mencari biji-biji kecil sebagai asupan nutrisi penunjang kehidupan tak berarti kami. “Mari kita pergi ke sawah seberang jalan. Di sana banyak padi yang mulai menguning.” Indukku dengan semangat memberi arahan kepada kami tentang tempat di mana makanan banyak tersedia. “Maaf Bu, aku tidak ikut. Aku kurang enak badan, aku menunggu di sarang saja.” Aku berkilah padahal sebenarnya aku teramat malas pada hari itu. “Baiklah, nanti Ibu akan bawakan sedikit gabah untukmu.” Dengan bodohnya indukku mempercayai kilahku. Ku lihat indukku dan beberapa saudaraku pergi meninggalkan aku untuk mencari makan di sawah seberang jalan. Semakin lama bayangan mereka tak terlihat lagi. Dengan piciknya aku hanya terdiam di sarang dan menanti indukku datang membawa gabah untuk ku makan tanpa harus berlelah-lelah terbang. Dari yang awalnya matahari masih malu-malu menampakkan jati diri di ujung timur hingga sekarang telah berada di ubun-ubun, induk dan saudara-saudaraku tak kunjung pulang. Padahal biasanya hanya dalam sekejap mereka telah mendapat banyak gabah. “Pasti ada yang tidak beres.” Pikirku dengan hati dag-dig-dug khawatir akan keselamatan mereka. Aku memutuskan terbang menuju ke sawah seberang jalan untuk mengecek kondisi keluargaku itu. Setelah beberapa lama terbang mengitari sawah hingga rasa lelah mulai mendera sayap kecilku. Namun, tak kunjung ku temukan keberadaan mereka. “Cuit… cuit… cuit… cuit…” terdengar suara yang tak asing lagi bagi pendengaranku. Aku sapukan pandangan ke seluruh penjuru hingga pandangan sampai di pematang sawah sebelah barat. Ternyata induk dan saudara-saudaraku terperangkap oleh jaring yang terpasang mengelelilingi sawah. Sehingga setiap ada burung melintas pasti akan terperangkap oleh jaring tersebut. Untung saja tadi aku tidak terperangkap. Segera aku mendatangi induk dan saudaraku. Terlihat mereka sedikit kesakitan karena terjepit oleh jaring-jaring sempit. “Ibu tidak apa-apa?” Seketika itu juga aku mulai cemas. “Tidak apa-apa Nak. Sudah sekarang kamu pergi. Jangan hiraukan keselamatan Ibu dan saudara-saudaramu. Lihat di sana ada manusia yang setiap saat bisa menangkapmu!” Benar saja, ada seorang anak laki-laki bertompel di dagu sebelah kirinya datang menuju ke jaring sempit itu. “Tapi bagaimana dengan Ibu dan saudara-saudaraku?” Rasa cemas mulai menguasai diriku. “Sudah Pergi sana, Ibu hanya ingin melihatmu selamat!” dengan air mata yang terus menggedor kelopak mata berusaha sekuat tenaga ke luar dari mata kecilku aku akhirnya pergi meninggalkan induk dan saudara-saudaraku. “Maafkan aku semua!” Aku berteriak sembari meninggalkan mereka. Ku lihat dari kejauhan sang anak laki-laki itu membebaskan induk dan saudara-saudaraku. “Huhh…” Perasaan tenang mulai membara di dalam jiwa. Ternyata si anak itu malah membebaskan ibuku. Tapi setelah ku amati dengan sedikit memicingkan mata si anak laki-laki itu memasukkan mereka ke dalam sebuah wadah yang terbuat dari bambu. “Ah, Sial!” Gerutuku dari ranting pohon itu. Semenjak itulah aku tak lagi pernah melihat induk dan saudara-saudaraku. Sungguh sangat menyesal diriku, mengapa aku tidak menyelamatkan mereka. Kenapa aku tinggalkan mereka dalam keadaan terperangkap. Sungguh bodohnya aku. Akhir-akhir ini ku tahu bahwa induk dan saudara-saudaraku dijadikan burung pipit warna yang dijual kepada anak-anak manusia lugu. Tubuh induk dan saudara-saudara telah berubah menjadi warna-warni karena diguyur dengan pewarna tekstil. Aku tak tega melihat mereka menjadi mainan anak-anak manusia yang lugu. Tapi, apa boleh buat tak ada lagi yang dapat aku lakukan untuk menyelamatkan mereka. Bayangkan saja mereka dikurung di dalam sangkar buatan yang sempit dengan kunci yang rapat. Sungguh mustahil bagiku sebagai seekor burung untuk dapat membuka kunci sangkar itu. Memang hidup kaumku tak begitu berguna di dunia ini. Namun, paling tidak kami mati dalam keadaan terhormat bukan mati karena menjadi mainan anak-anak manusia yang bodoh dan naif itu. Ah sudahlah, biar aku menikmati kesendirianku. Ingin ku buang masa laluku yang begitu anyir untuk diingat. Matahari memang masih berada di atas ubun-ubun namun kini sinarnya tak lagi segagah tadi karena tertutup awan hitam. Kelihatannya akan segera turun hujan. Benar saja, beberapa saat kemudian hujan turun dengan derasnya. Untung aku masih bertengger di pagar rumah kosong itu sehingga tubuhku tak basah oleh terpaan agung sang hujan. “Hei pipit kenapa wajahmu kecut seperti itu. Macam tak ada semangat hidup saja.” Tiba-tiba terdengar suara sayu dari sang hujan. “Ah hujan, seperti tak tahu saja engkau atas penderitaan hidupku ini!” Wajahku ku tundukkan memelas kepada hujan. “Oh, engkau masih memikirkan kejadian itu?” Hujan memang paling tahu seluruh masalahku setelah ditinggal pergi keluargaku. Memang terkadang aku sering mencurahkan isi hatiku kepada hujan. “Iya, sekarang ini hidupku sepi. Hidupku yang memang sudah sejak awal tak berguna ini semakin menjadi-jadi. Kepedihan semakin senang mampir di hidupku. Hidupku tak bermakna, lebih baik mati saja aku.” Kembali aku berbagi kepedihan kepada hujan. Bersyukurlah masih ada hujan yang menerima kepedihanku. “Jangan kau berkata seperti itu, coba tengok diriku. Aku hanyalah setetes air yang kemudian turun secara bersamaan dari atas langit. Setiap kedatanganku selalu mambawa bencana juga sebuah makna bagi bumi ini.” “Memang tak ada makhluk yang sempurna kecuali sang Maha Sempurna pencipta kita. Kita digariskan lahir ke bumi ini pasti akan membawa sebuah makna dan juga sebuah pedih. Sama halnya juga dengan manusia mereka dilahirkan di dunia ini membawa seratus kemajuan namun juga mendatangkan ribuan kerusakan. Intinya tetaplah bersyukur kepada Sang Maha Sempurna walau dirimu hanyalah seekor pipit karena hakikatnya kau terlahir di dunia juga membawa ribuan guna.” Hujan kembali mengeluarkan kata-kata bijaknya yang membuat aku tersadar bahwa aku kurang bersyukur kepada Maha Pencipta. Manusia yang katanya makhluk tersempurna saja sering membuat kesalahan dan kerusakan apalagi aku yang hanya seekor pipit. Beberapa waktu kemudian hujan pun mereda meninggalkan sebuah cerita bermakna penambah semangat dalam hidupku. Seiring dengan meredanya hujan aku pun pergi terbang menuju kembali ke sarang sembari menikmati kesendirian yang tak berujung ini.

Catatan Langit

Berawal dari ketidaksengajaan aku bertemu dengan Langit. Aku bertemu kembali dengannya sejak aku masuk SMP. Sebelumnya aku telah mengenal Langit. Langit adalah teman yang terpisah selama beberapa tahun. Usia Langit terpaut satu tahun di atasku, meskipun itu, aku tak pernah sekali pun memanggilnya Kakak. Karena kebiasaanku saat kami masih kecil. Langit adalah orang yang pendiam, tidak menyukai keramaian dan pandai menghidupkan suasana. Menurut Langit dia lebih baik menyendiri, ketimbang membuang waktu untuk hal-hal yang tidak penting. Keseharian Langit adalah, membaca komik dan buku ensiklopedia. Tak jarang setiap hari, dia selalu membawa buku ke sekolah demi mengisi waktu istirahatnya. Satu hal, Langit adalah orang yang pandai dalam Matematika dan IPA. Soal serumit apa pun Langit dapat menyelesaikannya. Berbeda denganku yang hanya menguasai bahasa dan Sastra. Langit selalu berbicara tentang kenyataan, sedangkan aku selalu berbicara tentang Khayalan. Itu yang selalu membuat Langit jenuh ketika aku menceritakan hal yang fiksi. Langit begitu banyak menguasai mata pelajaran, sedangkan aku bertolak belakang darinya. Kadang aku iri pada Langit, karena Langit selalu mendapat predikat terbaik di mata guru. Tapi meskipun itu, menurutku Langit adalah orang yang cukup simpati dengan semua orang. Kadang di sela pertemuanku dengan Langit, aku selalu ingin menegurnya. Sebagai teman kecil, aku tak mungkin melupakannya begitu saja. Namun di saat aku ingin menegurnya, aku selalu takut Langit tidak peduli. Dulu, aku selalu berusaha untuk mencari tahu tentang Langit tentang kawan kecilku yang hilang. Tapi sekarang, setelah aku menemukan Langit, aku seolah memendam rasa simpatiku untuknya. Aku sempat berpikir dalam dekapan detik, “Mungkinkah Langit tidak mengenalku lagi?” aku selalu beranggapan seperti itu. Karena aku melihat tingkah Langit, yang jauh berbeda dengan dulu. Mungkin Langit yang sekarang adalah Langit yang tak membutuhkan Bintang, tapi sekali pun itu Bintang akan selalu membutuhkan Langit. Pagi yang cerah, di saat aku hendak masuk ke kelas. Langit menyempatkan diri untuk sekedar menyapaku, aku tak menyangka ternyata Langit masih mengingatku. Bahkan siang ini, dia mengajakku untuk pergi ke perpustakaan hanya sekedar untuk mengajariku Matematika. Langit dari dulu tahu, kalau aku mengeluh dengan pelajaran itu. Bel istirahat telah berbunyi, Langit telah menungguku di luar kelas. Dia kembali menegurku, dan mengingat janjinya untuk mengajakku ke perpustakaan. “Jadi belajar kan hari ini?” Tanya Langit. “Tentu saja.” Balasku lalu kami pun pergi ke perpustakaan. Sesampainya di perpustakaan, Langit tidak mengajariku Matematika. Melainkan mengajariku merangkai kalimat demi kalimat yang disusun indah sehingga menghasilkan sebuah karya sastra yang berbentuk puisi. Sebelumnya, Langit tidak menyukai puisi. Bahkan untuk menerima pelajaran bahasa saja, dia tak mampu. Dia selalu ke luar kelas ketika pelajaran Bahasa sedang berlangsung. Namun berbeda hari ini, aku heran apa terjadi dengan Langit? Langit meminta pendapatku, soal puisinya yang baru saja dia rangkai. Puisi Langit memang sangatlah bagus, aku akui sebagai pemula Langit bisa dikategorikan sebagai penulis yang berbakat. Sebelumnya aku bertanya pada Langit, mengenai kecurigaanku padanya yang mendadak menyukai sebuah puisi. “Langit, sejak kapan kamu menyukai puisi? Padahal kamu selalu menghindar di saat pelajaran Bahasa sedang berlangsung?” Tanyaku sedikit meledek Langit. Langit hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku. “Sudahlah itu tidak penting.” Kata Langit dengan segenap candaannya. Lagi-lagi seperti itu, Langit selalu membiarkan mendung menutupi ketulusannya untuk bercerita. Langit pasti akan menghidar, di saat aku bertanya tentang hal baru yang dia lakukan. Padahal apa salahnya? Kenangan dulu seolah terulang kembali, di saat Langit memutuskan untuk menjadi sahabatku lagi. Aku memang menunggu keputusan itu, aku harap aku dapat menghadirkan hujan di saat mendung menutupi ketulusannya. Hari ini, aku dan Langit menghabiskan waktu istirahat di Kantin. Bukannya memesan makanan, Langit malah mengajakku untuk membaca buku. Hal yang paling membuatku jenuh, apalagi jika di dalam buku itu sama sekali tak ada hiasan gambar. Benar-benar hal yang menjenuhkan. Tapi dari sanalah aku mulai menyukai buku. Aku juga mulai menyukai buku yang di dalamnya membahas tentang angka. Aku mulai merasa tidak jenuh dengan angka. Seiring berjalannya waktu, Langit sedikit demi sedikit mulai bercerita. Sekarang aku tahu alasan kenapa Langit mendadak menyukai puisi. Ternyata Langit sedang mengincar seorang perempuan yang tak lain adalah teman sekelasku. Langit bilang dia terlalu jauh untuk ukuran seorang pacar. Dia masih menunggu waktu untuk mengutarakan isi hatinya. Saat di Lapangan Basket, Langit kembali menegurku, dia memberiku sebuah kertas dan memintaku untuk membacanya. Ternyata Langit kembali menulis sebuah puisi, aku tahu pasti dia akan meminta pendapatku mengenai puisinya. Puisi Langit semakin menyakinkan. Aku hanya meresponnya dengan pujian. Aku mengembalikkannya lagi puisi itu pada Langit. Namun Langit menolak, dia bilang, “Ini untukmu, simpan saja sebagai sebuah hadiah.” Setelah berkata itu, Langit kembali ke kelasnya. Keesokan harinya, aku melihat Langit sedang dihukum di depan tiang bendera. Aku baru tahu, ternyata siswa sepandai Langit bisa juga melakukan kesalahan. Aku melewati Langit tanpa mempedulikannya yang sedang berdiri kepanasan di sana. Langit terlihat tampak membenciku, aku yakin setelah ini Langit pasti akan membalasku. Aku tahu persis bagaimana Langit jika diacuhkan. Saat aku kembali ke kelas, aku bertemu dengan Langit. “Aku ingin bercerita.” Ujar Langit, aku hanya membalasnya dengan anggukan. Saat kami sedang berjalan, kami berpapasan dengan Bulan seseorang yang diincar Langit. “Aku selalu merasa tidak normal ketika aku bertemu dengan Bulan.” Ujar Langit sembari menyikut, aku hanya membalasnya dengan senyuman. “Jadi kapan kamu akan menembak Bulan?” Tanyaku. “Entahlah, aku masih betah menjadi pengagum rahasia.” Ujar Langit, kembali membuatku tertawa. Satu minggu berlalu, aku mendapat kabar dari Langit, jika dia telah mendapatkan Bulan. Aku turut bahagia mendengar kabar itu. Tapi aku kecewa pada Langit, semenjak kedekatannya dengan Bulan. Langit jarang menghubungiku, jangankan menghubungi, bercerita saja dia tidak pernah. Bahkan di saat kami bertemu pun Langit jarang menyapaku. Meski aku tahu, aku masih bisa melihat senyumannya. Sekarang aku hanya dapat melihat Langit dari jauh. Sekarang Langit telah berpihak pada Bulan. Sumber kebahagiaan Langit adalah Bulan, mungkin inilah nasib sahabat ketika melihat sahabatnya telah bahagia. Aku selalu mencoba untuk menghindar dari Langit. Aku selalu menjauhinya di saat kami bertemu di jalan. Sekarang aku lebih suka menyendiri, berusaha menemukan binar dalam kesendirian. Karena sendiri tidak harus sepi, dan sepi tidak selalu sunyi. Jauh di lubuk hatiku yang paling dalam, aku merindukan Langit. Namun ketidakberdayaanku mengalahkan segalanya. Aku merasa keterpurukanku lengkaplah sudah. Di saat seperti itu, Bulan datang dan menceritakan padaku tentang satu hal dari Langit. Kemudian, Bulan memberikanku sebuah buku kecil berupa Agenda hidup seseorang. Namun aku tidak yakin itu dari Langit. “Ambilah, buku ini dari Langit. Katanya hanya sahabatnya yang dapat membuka buku ini.” kata Bulan, aku tertegun sejenak. Apa maksudnya? Akhirnya aku mengambil buku itu. Perlahan aku mulai membuka buku kecil itu, yang terselipkan kertas biru di dalamnya. Setelah aku melihatnya, membaca halaman demi halamanya. Ternyata diam-diam Langit, selalu menuliskan tentangku di Agenda hidupnya. Bahkan dia menggambar sebuah sketsa, yang menggambarkan aku dengannya. Selama ini, aku telah berburuk sangka pada Langit. Bahkan dia tidak menjauhiku karena Bulan, melainkan karena satu hal yang harus dia kejar demi mewujudkan mimpinya. Seharusnya aku memahami Langit, berusaha mengerti kalau esok Langit akan melaksanakan Ujian. Aku sungguh lupa dengan hal itu. Tapi aku berterima kasih pada Langit, karena dari catatan Langit aku belajar memahami kenyataan, arti hidup, dan sebuah pengorbanan. Terima kasih Langit. Cerpen Karangan: Nelin Aguslina